PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Malam
Malam memanglah pekat, tapi ia tak pernah menghakimi
Malam…
Walaupun tak berbintang dan hanya bertemankan rembulan, tetaplah memikat
Malam juga yang membuai setiap insan setelah melewati hiruk-pikuk siang
Malam, ibarat kamu
Kamu tidak pernah menghakimi seburuk-buruknya aku
Kamu tetaplah memikat walau tanpa kerlap-kerlip perhiasan
Walau hanya mengulas senyum
Kamu pula yang membuaiku jikalau aku sudah tak berdaya mengahadapi hari-hariku
Kamu, bak malam yang aku nanti-nantikan
Aku menyukaimu seperti aku menyukai malam
Walau kamu sesunyi malam
Tak mengapa
Asalkan aku bisa menikmati senyummu yang bagai rembulan itu
Aku akan mengagumimu dalam diam
Layaknya mereka
Agar tak merusak estetikamu, Sang Malam
Aku
Aku adalah aku
Kau tak bisa mengaturku
Karena aku bukan kerbau yang dicucuk hidungnya
Aku adalah aku
Seleraku ya terserahku
Kalau sepertimu nanti aku dibilang mengekor
Aku…
Mencintainya dari lubuk hatiku yang terdalam
Aku pun tergila-gila padanya
Karena aku adalah aku
Jikalau aku adalah kamu
Mungkin beda lagi ceritanya
Kalau tanya mengapa aku begini?
Akan kujawab Cikini – Gondangdia
Ya, aku begini karena dia
Karena dia
Aku bisa merasa
Gadis Desa
Hai gadis desa
Tatkala kau sebrangi jembatan itu di pagi tadi
Sosokmu terlihat berkilau di mataku
Apa karena suasananya?
Karena kesederhanaanmu?
Atau karena kau adalah ciptaan-Nya?
Hai gadis desa,
Kau berpaling muka saja bisa memikatku
Lantas bagaimana bila kau menatapku langsung?
Mungkin aku akan lumer seketika