Puisi-puisi Aris Mulyani

Gawai Rindu, Strata Cinta, Nyanyian Kabut, Balutan Tasbih Cinta, Menanti dalam Derita

Gawai Rindu, Strata Cinta, Nyanyian Kabut, Balutan Tasbih Cinta, Menanti dalam Derita
Ilustrasi. (Paul Schimmel/artweek.la)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Gawai Rindu
 
Menetap jiwaku bersama deburan laut yang kian menderas 
Terpana aku pada dada langit yang  merintikkan kedamaian  
Teringin aku mewaktu abadi bersama detak jantungmu 
Mengitari orbit bumi ini hanya berdua saja 
Meski aku tahu bahwa kau hanya fatamorgana 
Yang tak mungkin bisa kuraba dan kunikmati sepanjang masa 
Namun tak kan kubiarkan kau meredup dalam doaku 
Kau selalu abadi dan menjadi hela nafasku 
Hingga saat cinta saling beradu 
Gawai rindu itu melekat erat pada lenganku 
Setiap rembulan datang aku memetiknya penuh harap 
Kemudian melodi cintanya akan menyesakkan rongga dada 
Merindumu memang sakit dan tidak merindumu lebih menyakitkan 
Sampai pada akhirnya, kuabdikan jasadku 
meniduri gawai rindu yang mendendangkan janji cinta 
 
 
 
Strata Cinta 
 
Saat mata bersatu meneriakkan cahaya kekaguman 
Saat lengan teringin memeluk harapan 
Saat hanya rimbun rindu yang hanyutkan jiwa 
Yang tak tertahan meski badai menghantam 
Padanya aku  mengaku kalah dan salah 
Segala tutur  yang dilontarkan membenarkan semestaku 
Ia bercinta dengan strata tingginya bukan denganku 
Mengembara menabur benih cinta di ladang strata lain tapi sia-sia 
Ia terhempas jauh dari langit yang didamba 
Kini sendu kekecewaan menggelabuti hatinya 
Yang dilakukan hanya mengadu amarah 
Betapa tidak berharga strata jika ia mencinta 
Tidak mungkin ia sanggup menyatukan rasa 
Bila rumus cinta terdapat strata 
Lantas, bagaimana denganku yang tak berstrata 
Itu artinya aku hanya akan mati tanpa cinta kurasa
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri