PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Jakarta of Mind
Beranda tidak lagi kosong, setidaknya pikiranku bicara
Bergemuruh bayu memecahkan kesunyian tidak hanya malam merejang dingin
Atapkuun hanya air sesaat kusadari selebihnya mungkin terbawa ilusi entah hinggap menjadi delusi bisakah terjadi
Beku keujung cair
Terdonggak wajah berseri sukma menatap persada nusantara
Tanpa sangka
Tidak kuhitung ribuan purnama yang terlewati
Labirinpun tidak lagi beku
Pun tidak sehangat matahari yang memerah saga diujung senja
Beriak beranda tergeliak oleh angina
Mungkin aku hawa
Perempuan biasa tanpa sangka sakwa
Sedang tidak bertelanjang kaki pun sendiri
Kucumbu atap airku dengan syahdu
Kuremas beranda anginku dan jangan tinggalkan aku
Meski suyinnya aku dlam atap air dan beranda angina ku akan berpulang suatu waktu nanti
Sendiri dalam Jakarta of mind
Kuhempaskan ketelanjanganku pada bantal diatas dun berguguran menghisap barat dan timur dalam satu rengkuhan
Beranda tak lagi ksoong agaknya
Jakarta Of Mind tersadar hatiku untuknya berkibar laksana megahnya bendera di dada
Gugusan karang memacu jantungku berdebar kencang
Memaksaku berciuman dengan badai pasir
Terhenyak pada guratan lafal pencipta jagat
Akh..aku dengan apalag aku
Berjakarta of mind kesendirian yang tidak sunyi
Atapkupun air merasuk helai rambut tidak tak menyentuh kutikula
Gunungpun adakalanya hanya muda mudi dan berusia remaja yang menanjakinya
Sebagian mereka mungkin munafik dengan akreditasi dan coumlaude atau sebagian dari mereka munafik dengan the eks tongkrongan GUA behind the desk belajar alih bahasa yang sedang membumi dan membudaya entah
Kusadar Riau bukan of my mind dalam hitungan jadilah jadi meski serupa dengan Jakarta of mind cinta semalam bak jajanan pingir jalan
Terkadang bertelanjang tangan bahkan barang bersarung tangan lateks dengan bandrol kekasih gelap tersayang dalam hitungan jam
Riau bukan Jakarta of mind hanya dalam bayangan
Jakarta of mind dalam realita nyata VAN the Pinggir Ratan Gede ala Kolonial terjajakan dirinyaaku berdiri.
Beberapa dari mereka berlari mengejar mimpi
Aku hanya berjalan kaki tidak tertatih meraih diri dengan bandrol harga yang tidak pasti
Diiringi sarung lateks diujung gang-gang penuh dengan aroma hidup dan berkehidupan
Diiringi derab abdi abdi setia hitunagn pengsiun dipercepat atau diberhentikan dengan tidak hormat yang berkemanusiaan dan manusia
Jakarta of mind dalam hitungan Van the pinggir rattan gede kudekap
Aku terduduk, berdiri, bicara dan melangkah pasti
Jakarta-Depok