Mencari Kesunyian
Seringkali kau berkata, melamun adalah kenikmatan paling mabuk
Mengundang roh-roh dari segala penjuru menyatu dalam sekujur tubuh
Aku menyimak dengan sunyi yang bergemuruh
Di rongga dada yang seringkali gaduh
Katamu, sepi tak lagi utuh seperti sediakala, sebab kita terlalu sering mengakrabi kebisingan dan lalu lalang
Ya, kesunyian memang hanya milik orang-orang yang mencari kesedihan. Balasku sambil membolak-balikkan nasib di masa lalu
Blitar, 2016
Sepasang Gunduk Tanah Mujahir
Sepasang gunduk tanah terbaring lelah, menepi dari kebisingan yang entah
Burung kematian menghitung kamboja, seolah serpih maut berjatuhan tak sengaja
Mengumpulkan semerbak keping kesedihan, saat rimbun hiruk pikuk terkoyak
Derap kaki gaduh, mengantar kepulangan tubuh
Pada rumah masa depan, pada luka-luka senyuman
Tetes air mata bertumpahan, milik orang-orang yang melambai tangan
Membiarkanmu tertidur pulas, jasad terkubur ruh terlepas
Pada tanah mujahir, rimbun doa terus menerus lahir
Dari rahim sunyi, dari bait-bait suci
Dan tuhan khidmat berjaga di tepi hari, menunggu bumi khatam dikunjungi
Blitar, Januari 2016