Puisi-puisi Alfa Anisa

Mencari Kesunyian, Sepasang Gunduk Tanah Mujahir, Wajah Masa Lalu, Malam yang Teramat Asing

Mencari Kesunyian, Sepasang Gunduk Tanah Mujahir, Wajah Masa Lalu, Malam yang Teramat Asing
Ilustrasi. (Sarit Jacobsohn’s/buy-acrylic-paintings-art.com)
Mencari Kesunyian
 
Seringkali kau berkata, melamun adalah kenikmatan paling mabuk
Mengundang roh-roh dari segala penjuru menyatu dalam sekujur tubuh
Aku menyimak dengan sunyi yang bergemuruh 
Di rongga dada yang seringkali gaduh
Katamu, sepi tak lagi utuh seperti sediakala, sebab kita terlalu sering mengakrabi kebisingan dan lalu lalang
Ya, kesunyian memang hanya milik orang-orang yang mencari kesedihan. Balasku sambil membolak-balikkan nasib di masa lalu
 
Blitar, 2016
 
 
 
Sepasang Gunduk Tanah Mujahir
 
Sepasang gunduk tanah terbaring lelah, menepi dari kebisingan yang entah
Burung kematian menghitung kamboja, seolah serpih maut berjatuhan tak sengaja
Mengumpulkan semerbak keping kesedihan, saat rimbun hiruk pikuk terkoyak
 
Derap kaki gaduh, mengantar kepulangan tubuh
Pada rumah masa depan, pada luka-luka senyuman
Tetes air mata bertumpahan, milik orang-orang yang melambai tangan
Membiarkanmu tertidur pulas, jasad terkubur ruh terlepas
 
Pada tanah mujahir, rimbun doa terus menerus lahir
Dari rahim sunyi, dari bait-bait suci
Dan tuhan khidmat berjaga di tepi hari, menunggu bumi khatam  dikunjungi
 
Blitar, Januari 2016
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri