Puisi-puisi Deges Ningtias

Pendakian, Aksi Pejuang Bangsa, dan 3 Puisi Lainnya

Pendakian, Aksi Pejuang Bangsa, dan 3 Puisi Lainnya
Ilustrasi. (Tony Eric/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Pendakian
 
Menatap langit nan menawan
Berkibar harapan dimana-mana
tatapan mata tak beralih dari kedatangan pelangi..
Hingga waktunya tiba
pendakian pun belum selesai
sebab cahaya tiada terus benderang 
 
Ada kala si hitam pekat datang menyambar
menyelimuti batasan meraih mimpi
menembakkan peluru ditiap sudut tiang kekuatan
entah darimana mereka tau pola tanggaku
                 Ternyata bukan sekedar mendaki yang harus ku berayun karenanya
                 tapi gambaran peta harta karun juga perlu disembunyikan
                 agar tiada perekam ilegal mencoba menggergaji bentengku
                 Untuk menjadi pendaki sejati nan mengibarkan benderanya 
                 Di puncak tertinggi cita
 
 
 
Aksi Pejuang Bangsa
 
Diri ini berayun di atas tanah tercinta
Bertiang di lontaran kebijakan sang penguasa
KOSONG!
Hanya gambar berwarna dari kesilauan
Rentan perang di ranah jabatan 
HILANG!
Kepercayaan berharga tinggal angan 
Kecewa tertata di tiap sudut kota
Kau tanam padi berujung ilalang
TAMPAR!
Dari sudut harum kami layangkan ke istana
Sobekan kertas dulu nan tertinggal
Sampai habis masanya diam
Mengaung membebaskan negeri
YA!
Ini negeri kami
Dengan seribu para bedebah
Orasi lantang mulut mengecam 
Tubuh bersimbah peluh, terbakar terik
Bibir pun kering, dahaga tak kalahkan kata
Bahasa-bahasa para pencaci kepada tuan
Demi sampainya pesan pahlawan dan jeritan rakyat
 
Tak mesti membuat sesuatu besar terlihat besar
Yang penting itu manfaat besar 
nan menjalar di tubuh penghuni negeri ini
Dari berbagai peranan masa kini bergejolak 
Aksi kian membara berkobar untuk nusa
Dari darah nan masih biru
Mengasuh pedang api untuk pecundang jadi pemenang
Terangkan waktu nan tersembunyi
Hilang terlewati masa penantian
Tiada sangka ada pemberontak kegelapan
Mengaburkan kebenaran nan berdiri selalu teratas
Namun, sayang
Kita, para pengasuh abad tak akan mudah memberikan negosiasi mahal ini
Sebab gedung palu itu milik kita
Tempat lumuran perkara jadi bintang negeri
Pecahkan misteri tetesan takdir
Sebab kebenaran itu hanya ada satu
Maka berteriaklah dan berlarilah seindah pelangi
 
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri