DN Aidit, Puisi dan Rokok

DN Aidit, Puisi dan Rokok
D. N. Aidit
Penulis: Syafri Ario
 
DN Aidit, Tokoh sentral PKI di Indonesia, di bawah kepemimpinannya Aidit berhasil membawa PKI menjadi partai komunis terbesar ke 3 di Dunia, setelah China dan Uni Soviet.
 
Sosoknya sebagai tokoh PKI bikin alergi rakyat Indonesia, tokoh kiri sama halnya Tan Malaka, digambarkan dalam produksi sejarah resmi (official history), Dipa Nusantara Aidit atau D. N. Aidit (1923-1965) lebih dikenal dan dikenang sebagai seorang “penjahat” dan “pengkhianat bangsa” yang mendalangi peristiwa di malam jahanam Gerakan 30 September (G30S). 
 
Melalui film Pengkhianatan G30S/PKI garapan sutradara Arifin C. Noer (1984), sosok Aidit benar-benar buram, “lelaki gugup berwajah dingin dengan bibir yang selalu berlumur asap rokok” (Zulkifli, 2010: 2). 
 
Di balik kepiawaiannya Hatta juga sempat menaruh harapan, namun kemudian berseberang jalan, setelah Aidit mengusung ideologi komunis, di balik sosok yang buram ternyata dia adalah seorang budayawan dan penyair. Aidit menulis banyak gagasan sosial budaya yang dipublikasikan dalam media massa dan diterbitkan dalam bentuk buku-buku.
 
Ayahnya, Abdullah Aidit, berdarah minang ternyata adalah pendiri organisasi keagamaan Nurul Islam di Maninjau yang berorientasi ke Muhammadiyah.
 
Dari segi tema, puisi-puisi D. N. Aidit mengungkap tiga tema pokok, yaitu semangat anti-imperialis, nyanyian dan pujian untuk pahlawan, serta gagasan mengenai tugas dan kewajiban partai.
 
Jauhilah Imperialis AS
 
alangkah indahnya pemandangan pagi ini
mentari cerah mengiringi
barisan pejuang mengalun datang
sarjana, seniman, pemuda, wanita
buruh dan tani sokoguru revolusi
dan pelajar anakkandung revolusi
spanduk dan panji, warna-warni
melambai menghias angkasa lebar
teman tentang menentang
tinju pun diacungkan
… marahan Green
hentikan agresi AS di Vietnam
sita modal anak sekolah
sorak-sorai membadai
barisan bergerak maju
menembaki tank …
tari dan nyanyi memecah sunyi
seruling ditiup nyaring
dendang bertalu, mengiringi,
laki-laki berjingkrak, laksana burung jalang
membunuh … Malang
… benci imperialis AS
berkobar tinggi
cinta merdeka meresap setiap dada
manusia juang, pembela masa datang
… pasti muara
… pasti datang
 
Jakarta, 20-07-65
 


Berita Lainnya

Index
Galeri