PEKANBARU - Kematian seorang siswa kelas 2 Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, mulai menemukan titik terang. Bocah laki-laki berusia sekitar 8 tahun itu meninggal dunia lima hari setelah diduga mengalami perundungan (bullying) di sekolah.
Hasil otopsi yang dilakukan oleh Tim Forensik Rumah Sakit Bhayangkara Polda Riau mengungkap bahwa penyebab utama kematian korban adalah infeksi sistemik berat akibat pecahnya usus buntu (appendiks).
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Riau, Kombes Asep Darmawan, menjelaskan bahwa otopsi dilakukan oleh tim forensik yang dipimpin AKBP Supriyanto dan dr. Muhammad Tegar Indrayana. Pemeriksaan luar dan dalam menunjukkan adanya sejumlah luka dan kelainan pada tubuh korban.
“Ditemukan memar di bagian perut dan paha serta adanya resapan darah pada jaringan lemak perut kiri. Luka-luka tersebut diduga akibat benturan benda tumpul,” kata Asep, Rabu (4/6/2025).
Tim medis juga menemukan adanya perforasi pada usus buntu yang menyebabkan infeksi meluas di rongga perut (peritonitis), hingga berujung pada kegagalan sistemik.
“Penyebab kematian adalah infeksi sistemik akut akibat pecahnya usus buntu,” jelas AKBP Supriyanto dari Tim Forensik Polda Riau.
Saat ini, penyidik Polres Inhu yang dipimpin oleh Kasat Reskrim AKP Arthur masih mendalami apakah luka-luka luar yang ditemukan berkaitan dengan dugaan kekerasan atau insiden lain yang memperparah kondisi korban.
“Memang ada beberapa memar ditemukan, namun sejauh ini belum dapat disimpulkan bahwa pecahnya usus buntu disebabkan oleh kekerasan fisik,” tambah Supriyanto.
Diketahui, korban meninggal dunia di rumahnya di Kecamatan Seberida pada Senin, 26 Mei 2025 sekitar pukul 02.00 WIB. Orang tua korban sebelumnya telah melaporkan dugaan tindakan perundungan di sekolah kepada pihak kepolisian.
