Cerpen Kak Ian

Kunang-kunang Lara Terbang di Langit Kelabu

Kunang-kunang Lara Terbang di Langit Kelabu
Ilustrasi. (aliexpress.com)
PEREMPUAN yang memiliki mata sayu itu masih tetap saja menulis. Ia menulis di secarik kertas yang sudah sejak tadi ditulisnya untuk suami tercintanya. Namun kini bentuk kertas itu tak seperti semula— dengan keadaan aslinya. Terlihat sudah basah, dibanjiri oleh airmatanya—yang mengalir dari pipinya yang tanpa polesan make-up apa pun sehingga membentuk anak sungai. 
 
Mungkin. Karena hanya itulah yang masih tersisa, mampu dimilikinya saat itu.
 
Airmata. Ya, hanya itu! 
 
Sesekali ia menatap potret buram pernikahannya dengan seorang lelaki yang sudah memberi ia permata hati berusia 6 tahun—tumbuh sehat dan ganteng seperti orang yang ada di potret itu. Tak lain suami tercintanya, Badar. Dan betapa bahagianya ia saat itu. Tak luput dilupakan begitu saja! 
 
Terus. Terus dan terus ia pandangi potret buram itu sambil menyeka bulir-bulir sebesar biji jagung di pipinya itu—yang sudah menganak sungai kecil. Karena ia tak ingin bulir-bulir sebesar biji jagung itu jatuh dan merusak kembali di kertas yang sudah ditulisnya dengan tinta airmatanya itu. Hingga tak ia sadari tulisannya itu sudah memenuhi kertas bergaris-garis. Lurus. Tak seperti hidupnya yang ia alami selama itu. Berlika-liku. 
 
Mungkin. Kertas yang ia tulis itu berasal dari buku tulis yang ada di dalam tas anak laki-laki satu-satunya itu. Anak laki-lakinya yang baru masuk di bangku kelas satu Sekolah Dasar—dan baru masuk tiga pekan itu. 
 
Asih, nama perempuan bermata sayu itu…Ia masih melanjutkan menulis surat.
 
 


Berita Lainnya

Index
Galeri