Adakah
adakah yang serupa licin jalan sehabis hujan
sedang hati menyimpan kerikil dan curahan duri
terhujam sepanjang sorot waktu tajam menukik
sedang mata silau pijar lampu jalanan
adakah harapan terhunus sorot langit
rasa luluh melabuhkan tanya pada hati
menyimpan remang. Akhirnya berseteru
bertalu menabuh tiada habis. Di pucuk meretak
adakah pandang mengenang kesia-siaan
sungging tertahan di tatapan kosong
sedang mimpi tak menyimpan retakan hati
genting nuansa. Gugur tak diharapkan
Bekasi, 2016
Meditasi
semuanya terungkap dalam labirin malam,
gelap lebih dari pikiran yang mati
sedang kita saja gugup memaknai nuansa
diri tercekat, tak kuasa mengucap
yang ada hanya mendiamkan pandangan
dengan gumam semakin tak berujung arah
mungkin terpikir murung, mengecil menjadi hening
sementara semesta mengarti lain, menegur-sapa
ke segenap lubuk hati. terasa ringan, entah terbang?
atau menukar angin dengan waktu hampa
Bekasi, 2016
Pemabuk dan Sebuah Taman
seonggok botol sisa kau mabuk semalam
tercecer bungai merangkai satu-persatu kata pilu
dengan muka pedas kau mengutuki burung
yang tak bersahabat dengan mata setengah meredup
“apakah kau meletakkan mimpi kota?”
cercaanmu berlalu dengan sedih. sedang lampu menjelma
patung penghias lelah. lalu ruap-ruap kantukmu
menjelma aku menjadi bayang merasuk ke dalam matamu
sekiranya kehadiran lebih mencekam sebelum tidur
aku ada seakan puisi yang terjaga menjelang pagi
Bekasi, 2016
Sebelum Aku Menyepi di Pinggir Tubuhmu
Sebelum aku menyepi di pinggir tubuhmu
izinkan aku mengunci pintu gerbang kelelakian
- bisa saja seekor ular menyusup sekejab
memelukmu dalam lengah
Kau akan tahu tak ada riuh sesudah terkunci
desis terhalang rekat bambu
kita merasakan sunyi tanpa ngilu
hanya mengalami liar angin mendekam di daun
membuatkan sayap; menerbangkan setiap helai di awang-awang
Tubuh cukup menunggu bila jatuh diam-diam
seperti airmata kembali berumah
dan aku ingin menyepi di pinggir tubuhmu
Bekasi, 2016
Cerita Cinta
Pernah kupatahkan cinta. Di saat cinta telah bersayap sempurna. Dan telah menjangkau sudut-sudut tabu. Melewati perbatasan waktu. Hingga menghiasi hamparan langit.
Pada cinta yang sudah kupatahkan dengan pisau dapur. Terberai melantai. Tanpa kucur darah. Tanpa tangis keluar terlepas. Memasuki lubang-lubang pembuangan. Sepertinya menjelma hantu. Kelak gentayangan antara bau busuk dan wangi. Rasanya akan menyusup dalam ingatan. Dan bayangan masa lalu.
Cinta yang terkenang dan berakhir. Perlahan terkubur dalam kibas udara kamar. Sementara lukisan air mata ini menjelang pudar dipendar cahaya. Tak ada rintihan tenggelam di alun nada riang. Ingatan tentang menjadi keraguan di antara hitam-putih dinding.
Sebentar lagi. Ya sebentar lagi akan berdiam sepi. Tanpa menyesali pertemuan. Hanya isyarat dari malam yang menua. Dan nyamuk yang terkapar tanpa sayap.
Bekasi, 2016
Sentimentalia
Ada kebuntuan di antara kesetiaan
Dan pengembaraan pikiran kosong
Hiruk-pikuk tenggelam jalur gelap
Prasangka menimbun. Oh sia-sia
Seperti senja lindap dalam pepohonan
Aku mengawal serangkaian upacara kebengisan
Bulan memanggil arwah srigala dan leluhur
Sedianya berpesta-pora di perbatasan
Aku menghitung berapa kesunyian lenyap
Terbawa gerombolan penyamun. Oh malam ini
Menuju puncak gelisah. Sedang layar telah terbentang
Sebentar lagi meninggalkan aku yang tertambat
Pada sebuah karang
Bekasi. 2016
Fitrah Anugerah. Lahir di Surabaya, 28 Oktober 1974. Berpuisi sejak kuliah di Bahasa dan Sastra Indonesia, FIB, Universitas Airlangga Surabaya. Puisinya dimuat di media nasional dan lokal, di antaranya: Indo Pos, Banjarmasin Pos, Harian Sastra Sumbar, Padang Ekspress, Minggu Pagi, Media Indonesia, Sinar Harapan, Suara Karya, Bangka Pos, Joglosemar, Radar Bekasi, Sriwijaya Post, Surabaya Post, Jurnal Sarbi, Jurnal Sajak.com, Kompas.com, dan Majalah Jejak. Sekarang bergiat di Forum Sastra Bekasi (FSB) Bekasi dan Komunitas Seni Surya Raya Bekasi . Beberapa puisinya dibukukan dalam Antologi Puisi Memandang Bekasi (2015), Kumpulan Puisi e-book “Jalan Setapak, (Evolitera : 2009), Antologi Puisi Bersama "Kepada Bekasi" (2013), Antologi Di Negeri Poci 5: Negeri Langit (2014), Antologi Puisi Lumbung Sastrawan Indonesia I dan II, dan Antologi Jaket Kuning Slamet Sukirnanto, dan Antologi Tifa Nusantara 2. Sekarang bekerja dan domisili di Bekasi.