Puisi-puisi Fitrah Anugerah

Puisi-puisi Fitrah Anugerah
Ilustrasi. (nikhelbig.com)
Adakah
 
adakah yang serupa licin jalan sehabis hujan
sedang hati menyimpan kerikil dan curahan duri
terhujam sepanjang sorot waktu tajam menukik
sedang mata silau pijar lampu jalanan
 
adakah harapan terhunus sorot langit
rasa luluh melabuhkan tanya pada hati
menyimpan remang. Akhirnya berseteru
bertalu menabuh tiada habis. Di pucuk meretak
 
adakah pandang mengenang kesia-siaan
sungging tertahan di tatapan kosong
sedang mimpi tak menyimpan retakan hati
genting nuansa. Gugur tak diharapkan
 
Bekasi, 2016
 
 
 
Meditasi 
 
semuanya terungkap dalam labirin malam, 
gelap lebih dari pikiran yang mati
sedang kita saja gugup memaknai nuansa
diri tercekat, tak kuasa mengucap
 
yang ada hanya mendiamkan pandangan
dengan gumam semakin tak berujung arah
mungkin terpikir murung, mengecil menjadi hening
sementara semesta mengarti lain, menegur-sapa
ke segenap lubuk hati. terasa ringan, entah terbang?
atau menukar angin dengan waktu hampa
 
Bekasi, 2016
 
 
 
Pemabuk dan Sebuah Taman
 
seonggok botol sisa kau mabuk semalam 
tercecer bungai merangkai satu-persatu kata pilu 
dengan muka pedas kau mengutuki burung
yang tak bersahabat dengan mata setengah meredup
 
“apakah kau meletakkan mimpi kota?”
 
cercaanmu berlalu dengan sedih. sedang lampu menjelma
patung penghias lelah. lalu ruap-ruap kantukmu
menjelma aku menjadi bayang merasuk ke dalam matamu
sekiranya kehadiran lebih mencekam sebelum tidur
aku ada seakan puisi yang terjaga menjelang pagi
 
Bekasi, 2016
 
 
 
Sebelum Aku Menyepi di Pinggir Tubuhmu
 
Sebelum aku menyepi di pinggir tubuhmu
izinkan aku mengunci pintu gerbang kelelakian
- bisa saja seekor ular menyusup  sekejab
memelukmu dalam lengah
 
Kau akan tahu tak  ada riuh sesudah terkunci
desis terhalang rekat bambu
kita merasakan sunyi tanpa ngilu
hanya mengalami liar angin mendekam di daun
membuatkan sayap; menerbangkan setiap helai di awang-awang
 
Tubuh cukup menunggu bila  jatuh diam-diam
seperti airmata kembali berumah 
dan aku ingin menyepi di pinggir tubuhmu
 
Bekasi, 2016
 
 
 
Cerita Cinta 
 
Pernah kupatahkan cinta. Di saat cinta telah bersayap sempurna. Dan telah menjangkau sudut-sudut tabu. Melewati perbatasan waktu. Hingga menghiasi hamparan langit. 
 
Pada cinta yang sudah kupatahkan dengan pisau dapur. Terberai melantai. Tanpa kucur darah. Tanpa tangis keluar terlepas. Memasuki lubang-lubang pembuangan. Sepertinya menjelma hantu. Kelak gentayangan antara bau busuk dan wangi. Rasanya akan menyusup dalam ingatan. Dan bayangan masa lalu. 
 
Cinta yang terkenang dan berakhir. Perlahan terkubur dalam kibas udara kamar. Sementara lukisan air mata ini menjelang pudar dipendar cahaya. Tak ada rintihan tenggelam di alun nada riang. Ingatan tentang menjadi keraguan di antara hitam-putih dinding. 
Sebentar lagi. Ya sebentar lagi akan berdiam sepi. Tanpa menyesali pertemuan. Hanya isyarat dari malam yang menua. Dan nyamuk yang terkapar tanpa sayap.
 
Bekasi, 2016
 
 
 
Sentimentalia 
 
Ada kebuntuan di antara kesetiaan 
Dan pengembaraan pikiran kosong 
Hiruk-pikuk tenggelam jalur gelap 
Prasangka menimbun. Oh sia-sia 
 
Seperti senja lindap dalam pepohonan 
Aku mengawal serangkaian upacara kebengisan
Bulan memanggil arwah srigala dan leluhur 
Sedianya berpesta-pora di perbatasan 
 
Aku menghitung berapa kesunyian lenyap 
Terbawa gerombolan penyamun. Oh malam ini 
Menuju puncak gelisah. Sedang layar telah terbentang 
Sebentar lagi  meninggalkan aku yang tertambat 
Pada sebuah karang 
 
Bekasi. 2016
 
 
 
 
Fitrah Anugerah. Lahir di Surabaya, 28 Oktober 1974. Berpuisi sejak kuliah di Bahasa dan Sastra Indonesia, FIB, Universitas Airlangga Surabaya. Puisinya dimuat di media nasional dan lokal, di antaranya: Indo Pos, Banjarmasin Pos, Harian Sastra Sumbar, Padang Ekspress, Minggu Pagi, Media Indonesia, Sinar Harapan, Suara Karya, Bangka Pos, Joglosemar, Radar Bekasi, Sriwijaya Post, Surabaya Post, Jurnal Sarbi, Jurnal Sajak.com, Kompas.com, dan Majalah Jejak. Sekarang bergiat di Forum Sastra Bekasi (FSB) Bekasi dan Komunitas Seni Surya Raya Bekasi . Beberapa puisinya dibukukan dalam Antologi Puisi Memandang Bekasi (2015), Kumpulan Puisi e-book “Jalan Setapak, (Evolitera : 2009), Antologi Puisi Bersama "Kepada Bekasi" (2013), Antologi Di Negeri Poci 5: Negeri Langit (2014), Antologi Puisi Lumbung Sastrawan Indonesia I dan II, dan Antologi Jaket Kuning Slamet Sukirnanto, dan Antologi Tifa Nusantara 2. Sekarang bekerja dan domisili di Bekasi.
 


Berita Lainnya

Index
Galeri