PEKANBARU - Tahun ini, Provinsi Riau kembali berpotensi terjadi kabut asap akibat Kebakaran Lahan dan Hutan (Karlahut). Tapi, diprediksi bencana asap yang terjadi tidak separah tahun lalu.
Demikian diungkapkan Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi. Kata dia musim kemarau diprediksi terjadi pada awal bulan Juni mendatang.
"Minggu pertama Juni diprediksi musim kemarau sudah merata di wilayah Riau," kata Slamet, Kamis (19/5/2016) di Pekanbaru.
Untuk itu, lanjutnya, masyarakat Riau harus mewaspadai dampak kemarau, seperti terjadi Karlahut meski tak separah tahun lalu. "Kita masih harus waspada karlahut lagi, tapi yang jelas untuk musim kemarau tahun ini kemungkinan tidak sekering tahun lalu. Dan kabut asap mudah-mudahan tidak separah tahun lalu," terangnya.
Saat ini, lanjutnya, Riau sedang mengalami musim transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Masyarakat Riau juga perlu mewaspadai musim transisi ini, lantaran pada musim transisi ini hujan disertai angin kencang masih mengancam.
"Musim peralihan atau transisi dari musim hujan ke kemarau saat ini juga perlu diwaspadai. Masa transisi ini, atmosfir tidak stabil, kemungkinan masih hujan disertai petir," sebutnya.
Meski di masa transisi ini di Riau masih berpotensi hujan, bukan berarti titik panas dan titik api hilang. Seperti pada Rabu 19 Mei kemarin, 50 titik panas terdeteksi di provinsi Riau, titik panas terbanyak di kabupaten Siak, mencapai 27 titik.
Kemudian di Inhu ada dua titik, Kampar dua titik, Pelalawan 11, Rohul dua titik dan Rohil dua titik. Sedangkan tingkat Confidence 70 yang diduga merupakan titik api ada empat titik di kabupaten Siak.
Sementara, data yang dirilis BMKG hingga sore tadi, di Riau masih terdeteksi lima titik panas, satu titik di Dumai, dua titik di Kuansing, satu titik di Rohul dan satu titik di Inhil. (das)
