Hanya Capai 59,25 Persen, Kenapa Partisipasi Pilkada Riau Rendah?

Hanya Capai 59,25 Persen, Kenapa Partisipasi Pilkada Riau Rendah?

PEKANBARU - Komisi Pemilihan Umum Riau menyatakan angka partisipasi pemilih masyarakat setempat pada Pilkada 2018 tersebut rendah hanya 59,25 persen. 

"Betul angka partisipasi pemilih di Riau pada Pilgub 2018 tidak sesuai target, hanya 59,25 persen," kata Ketua KPU Riau Nurhamin di Pekanbaru, Minggu (8/7/2018). 

Padahal sebut Nurhamin pihaknya sudah berupaya dan optimis angka partisipasi Riau akan mencapai target yang ditetapkan yakni 77,5 persen. 

Diakuinya  banyak faktor yang jadi penyebab angka partisipasi rendah di Riau. Diantaranya minimnya sosialisasi dan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap visi-misi Paslon yang ikut Pilkada. 

Untuk itu dikatakan Nurhamin menjelaskan dengan kenyataan ini jadi bahan koreksi bagi KPU kedepan bagaimana pola sosialisasi yang pas agar lebih meningkat.  "Secara proporsional kami akan mengkoreksi bagaimana pola sosialisasi kedepan," sebutnya. 

Meski demikian dijelaskan dia ada beberapa kabupaten yang justru partisipan pemilihnya naik dibandingkan Pilkada 2013 seperti Pekanbaru, dan Indragiri Hilir. 

Misalkan Pekanbaru ujarnya mencontohkan pada Pilgub 2018 berhasil menaikkan angka partisipasinya ke 62 persen dari sebelumnya 47,06 persen. "Ini kenaikan partisipasi yang signifikan, dari 47,06 persen pada Pilgub 2013 menjadi 62 persen tahun ini," kata Ketua KPU. 

Nurhamin menganalisa untuk mengetahui sebabnya perlu dilakukan penelitian dan riset mendalam apakah sosialisasi faktor penyebab ketidak hadiran atau dinamika politik. Karena paslon dan tim sukses sebahagian besar berada di Pekanbaru. 

"Sehingga menyebabkan tersebarkannya informasi Pilgub lebih maksimal, tetapi Inhil juga naik partisipannya menjadi 62 persen," tambahnya. 

Ia menambahkan yang turun banyak adakah Rokan Hulu, biasanya mencapai sekitar 80 persen, kini dibawahnya. "Ini hal yang menurut kami perlu kita cermati dan dianalisi apa penyebab faktor orang datang dan tidak ke TPS, ini pekerjaan rumah KPU, " pungkasnya. 

Sementara itu Tim Asistensi Badan Pengawas Pemili (Bawaslu) RI Nugroho Noto Susanto saat diwawancarai antara mengaku bahwa angka partisipasi pemilih Riau sangat rendah. Ini artinya suara yang diberikan kepada Paslon hanya separuhnya sisanya Golongan Putih (Golput). 

Menurutnya ini buruk dan perlu perhatian KPU secara khusus, sebab dari total Daftar Pemilih Tetap (DPT) 3.622.214 hanya 2.336.621 yang memilih sisanya ada 1.476.082 golput. Jumlah ini bahkan bertambah karena didapatinya surat suara yang tidak sah akibat salah mencoblos. 

Sehingga jumlah tersebutlah yang diperebutkan oleh empat Paslon kontestan Pilkada 2018, makanya perolehan suara itu sedikit. "Ini sebuah catatan yang tidak baik bagi Riau dan perlu dievaluasi dan antisipasi," ujar

Ia menilai patisipasi yang rendah itu berdampak kepada legitimasi perolehan suara, mungkin sambung dia akan berbeda hasil perolehan kalau partisipasi jauh lebih tinggi.

"Karena bisa dibayangkan kalau suara satu juta lebih itu bisa memilih, tentu suara tidak hanya milik Syamsuar, sebab dibagi kepada empat paslon. Makanya ini sosialisasi itu harua lebih masif hingga ke desa, " tambahnya. 

Perlu diketahui pleno rekapitulasi perolehan suara pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Riau 2018 oleh KPU Ahad pagi memutuskan kemenangan pada Paslon nomor 1, Syamsuar -Edy Natar Nasution dengan 799.289 suara atau 38,20 persen disusul nomor dua Arsyadjuliandi- Suyatno 507.187 suara atau 24,24 persen, kemudian Firdaus - Rusli Effendi 416.248 suara atau 19,89 persen dan paling buncit Lukman Edi - Hardianto 369.802 suara atau 17,67 persen.


Berita Lainnya

Index
Galeri