Mengapa Harga Minyak Sulit Diprediksi? Begini Penjelasan Pakar

Mengapa Harga Minyak Sulit Diprediksi? Begini Penjelasan Pakar
JAKARTA - Harga minyak dunia hari ini menyentuh angka 30 dolar AS per barel. Banyak analis yang memperkirakan angka ini akan terus anjlok hingga menyentuh angka 20 dolar AS per barelnya. Namun, perkiraan ini bisa saja meleset.
 
Dewan pakar Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Benny Lubiantara mengungkapkan, perkiraan pernah melenceng pada  2008 lalu saat harga minyak menyentuh angka 140 dolar AS per barel. Saat itu banyak pakar yang memperkirakan harga minyak akan meroket hingga 200 dolar AS per barel atau bahkan 400 dolar AS per barel. Namun nyatanya, harga minyak melorot lagi hingga kini. 
 
Lantas kenapa harga minyak sulit diprediksi? Benny menyebutkan, alasan pertama adalah faktor permintaan dan pasokan. Keduanya, lanjut Benny, erat dipengaruhi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) dan kondisi geopolitik suatu negara. Kondisi inilah yang biosa saja mengubah harga minyak dalam sekejap saja, melenceng dari perkiraan para pakar.
 
"Ini dua fundamental suplai dan demand. Ada faktor lain yaitu  inventori atau persediaan. Kalau di negara maju minimal 90 hari harus ada stok. Ketika suplai lebih besar dari demand dia akan masuk ke inventori. Kalau inventori banyak itu sinyal bahwa pasar aman," ujar Benny, Rabu (13/1)
 
Untuk kondisi saat ini, lanjutnya, anjloknya harga minyak lebih karena perubahan pasokan yang cepat antara lain karena bertambahnya produksi shale gas oleh AS. Cadangan shale gas AS ternyata mencapai 40 miliar barel, lebih tinggi 15 miliar barel dari dekade sebelumnya. Cadangan minyak Indonesia saja, hanya 4 miliar barel. 
 
"Harga Minyak naik turun itu biasa. Pertanyaannya kenapa orang saat ini relatif lebih pesimis? Di tahun 1997 harga turun karena krisis finansial. 2001 juga turun. 2008 juga turun. Tapi isunya ketika turun karena demand maka cepat pulih," katanya. (max/rol)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri