ANKARA - Turki menuding pemerintah Suriah melanggar gencatan senjata yang telah disepakati dengan pemberontak. Tudingan itu disampaikan, Rabu (4/1/2017), menjelang perundingan damai yang akan digelar di Astana, Kazakhstan, akhir Januari 2017.
Rusia bersama Turki sejak pekan lalu menjadi sponsor perundingan damai antara pemerintah Suriah dengan pemberontak. Perundingan damai tersebut terancam gagal setelah oposisi mengancam tidak akan hadir di Astana karena pasukan pemerintah Suriah dituduh menggempur kawasan Wadi Barada di dekat Damaskus.
Untuk itu Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mendesak pemerintah Suriah dan pasukan pendukungnya mengakhiri pelanggaran gencatan senjata yang pernah disepakati demi memuluskan jalannya perundingan di Astana, akhir Januari 2017.
"Jika kita tidak menghentikan pelanggaran, proses perdamaian Astana bakal gagal. Kami melihat gencatan senjata tampaknya dilanggar," kata Cavusoglu kepada kantor berita Anadolu, Rabu (4/1/2017).
Pasukan pemerintah Suriah didukung oleh milisi bersenjata Libanon, Hizbullah, saat ini sedang bertempur untuk merebut Wadi Barada, sumber utama suplai air ke Damaskus.
Selain itu Cavusoglu juag mendesak Rusia dan Iran, penyokong Presiden Bashar al Assad yang juga membantu menyiapkan perundingan Astana, menekan Damaskus dan Hizbullah menghentikan perang.
"Meskipun desakan itu gencar dilakukan Turki, namun perang sengit masih terus berlangsung di Wadi Barada pada Rabu, 4 Januari 2017," kata Syrian Observatory for Human Rights, kelompok pemantau hak asasi manusia berbasis di London. (max/tmp)