PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Tersimpan
Do’a masih tetap terlantun
Hati masih tetap berharap
Angan masih tetap bermimpi
Namun, kau masih tetap jauh di tempat yang tak dapat kuduga
Begitu keras usaha tangan meraih
Begitu keras usaha kaki mengejar
Begitu keras usaha raga melewati segala rintangan
Namun, kau masih tetap tak nampak di pelupuk mata
Lirih suaraku merintih
Lirih isak tangisku terdengar
Lirih terpendam hatiku menjerit
Namun, kau masih tetap sulit ku raih
Bak bintang yang takkan pernah jatuh
Saat ini…
Tangan dan kakiku seakan kehilangan energi
Jiwaku seakan mengeluh sebelum bibirku berucap
Bukan lagi semangat yang dimiliki
Namun, keputusasaan yang terpatri
Putus asa terhadapmu
Yang selalu terbayang dalam benak
Yang selalu terpendam dalam hati
Wahai kau…. Impian anak bangsa
Yang selalu ada dalam jiwa anak bangsa dan masih akan tetap…
Tersimpan
Salju
Putih, itu warnamu
Dingin, itu sifatmu
Semua serasa menggigil akan kehadiranmu
Kehangatan hilang perlahan
Hanya kebekuan yang tertinggal
Leleh mencair dalam diam
Dalam sunyi kau masih tetap putih
Bagai kanvas tak tergores warna
Bagai kain putih tak bernoda
Butiran putihmu jatuh satu per satu
Ke permukaan dataran pijakan kakiku
Kini kau selimuti dunia dengan putihmu
Dunia terlihat bagai surga putih di atas bumi
Tak lagi hayal
Tak lagi ilusi
Ini nyata dalam pandangan
Sungguh, anugerah Tuhan Sang Maha Pencipta
Kertas dan Pena
Secarik kertas kuambil
Sebatang pena terselip di antara jemariku
Sebuah pelampiasan mulai kukisahkan
Kata demi kata tertuang perlahan
Menjelaskan setiap perkara hidup
Kupandangi tulisanku
Huruf berjejal rapi tertangkap mata hitamku
Rentetan kalimat terhubung satu per satu
Menghadirkan sepenggal kisah
Kisahku yang nampak rumit dan pelik
Atau mungkin nampak sederhana saja
Detik berlalu
Menit terlewat begitu saja
Jam berganti tanpa terasa
Dan inilah keajaiban secarik kertas dan sebatang pena
Mereka telah mengubah perasaan
Perasaan di dadaku
Perasaan yang kian menyesakkan
Mengubahnya menjadi kian melegakan
Dan inilah pengakuanku
Pengakuan yang harus aku akui
Ini benar dalam hidupku, jika…
Hanya secarik kertaslah
Yang selalu setia menanti kisah hariku
Dan hanya sebatang penalah
Yang selalu setia menggores kisah hariku
Pagi
Nafasku terasa begitu nyaman
Rongga hidungku menghirup udara segar
Lantunan nyayian burung berkejaran memasuki lubang telinga
Dedaunan hijau terselimuti embun
Suasana sejuk seakan mengalir di dalam darah
Merayap dan menjalar ke urat nadi
Langit tersaput warna jingga dari ufuk timur
Sinar mentari mulai jatuh di atas permukaan tanah
Menyibak ranting dan dedaunan
Mengusir gelap malam
Memulai tugasnya sebagai lampu bumi
Menyinari jutaan umat di bawah sinarnya
Tak akan kupungkiri
Di saat semua makhluk enggan membuka mata
Hari sudah membuka lembarannya lebih dulu
Tak Lagi
Langit suram tak lagi kutahu
Mentari menghilang tak lagi kupertanyakan
Angin topan datang tak lagi kuhiraukan
Hujan badai tak lagi kubingungkan
Petir menyambar tak lagi kutakuti
Pepohonan tumbang tak lagi kuresahkan
Derap langkah berlari tak lagi kumengerti
Suara jerit manusia tak lagi kudengar
Suara parau tak lagi kucermati
Lolong anjing tak lagi kupahami
Bunga cantik terobrak-abrik tak lagi kusayangkan
Bangunan rusak tak lagi kupusingkan
Para mayat membiru tak lagi kusesalkan
Yang kutahu
Semua nampak baik-baik saja
Semua nampak dalam keadaan yang sewajarnya
Diriku masih terpuruk dalam penyesalan
Pada impian yang belum jua dapat kugenggam
Hingga ku tak tahu
Perubahan dunia yang selalu kuabaikan
Sri Wulan Sari itu nama lengkap saya, nama panggilan Wulan. Lahir di kota Malang – Jawa Timur, tanggal 23 Oktober 1997. Tinggal di Malang tepatnya di JL. Sersan Sapar RT 11 RW 02 Kedawung Pojok – Dampit – Malang. Tinggi badan 150cm, berat badan 45kg. Hobi saya menulis dan menggambar. Suka dengan musik, gambar, novel, komik, film, dkk. Untuk status sekolah, baru lulus SMK tahun ini. 
