Pengungsi Rohingya Masih Dibayangi Kebrutalan Tentara Myanmar

Pengungsi Rohingya Masih Dibayangi Kebrutalan Tentara Myanmar

COX’S BAZAR - Nurul Amin gelisah. Namanya tercantum dalam daftar pengungsi Rohingya yang bakal direpatriasi ke Myanmar. Bayangan kebrutalan militer kembali menghantuinya beberapa hari terakhir.

Amin tidak ingin kembali ke kampung halamannya di Negara Bagian Rakhine. "Saya tidak bisa tidur nyenyak. Makan juga tidak enak. Saya takut dipulangkan paksa," kata Amin seperti dilansir Reuters.

Kegelisahan pria 35 tahun itu juga dirasakan warga Rohingya lain yang tinggal di kamp-kamp pengungsi Bangladesh. Sayangnya, pemerintah tidak memublikasikan daftar warga yang hendak direpatriasi.

Dari 2.251 orang, hanya beberapa yang sudah diberi tahu. "Sebagian besar pengungsi telah melarikan diri agar tidak direpatriasi," ujar Abdus Salam, pemimpin Rohingya di kamp Jamtoli, Senin (12/11/2018).

Konon, mereka kabur ke kamp-kamp Rohingya lainnya dan bersembunyi di sana. Selain itu, sekitar 20 pengungsi yang tahu bahwa nama mereka tercantum dalam daftar repatriasi protes. Mereka menolak pulang ke Myanmar.

"Repatriasi itu sifatnya sukarela. Tidak akan ada pemaksaan," ujar Komisioner Repatriasi dan Bantuan Bangladesh Abul Kalam.

Tapi, repatriasi harus tetap berjalan. Sebab, Bangladesh tidak sanggup selamanya menampung para pengungsi Rohingya itu. Myanmar pun sebenarnya belum siap menerima Rohingya kembali.

Sementara itu, Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi harus menghadapi kritik tajam dari negara-negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) soal Rohingya kemarin, Selasa (13/11).

Amnesty International (AI) juga mencabut gelar kehormatan tertinggi yang diberikan kepada Suu Kyi. Gelar Ambassador of Conscience Award itu dicabut karena perempuan berjuluk The Lady tersebut gagal membela Rohingya.


Berita Lainnya

Index
Galeri