Peneliti Indonesia Temukan Lukisan Batu Tertua Dunia di Kalimantan

Peneliti Indonesia Temukan Lukisan Batu Tertua Dunia di Kalimantan

JAKARTA - Tim peneliti gabungan dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (ARKENAS), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Griffith University, Australia mengungkap penemuan lukisan hewan abstrak yang menggunakan batu sebagai medium tertua di dunia.

Temuan berupa gambar tapir, daun, tangan, dan jewan abstrak menjadi bentuk karya seni cadas yang tak hanya berkembang di Eropa saja. Lokasi penemuan gambar sangat sulit dijangkau di Semenanjung Sangkulirang-Mangkalihat, Kalimantan Timur.

Berdasarkan informasi mengenai adanya gambar ini diklaim sudah diperoleh Pusat Penelitian ARKENAS sejak 1990an. Selain tua, lukisan tersebut juga menjadi bukti keberadaan kebudayaan manusia sejak lama.

"Gambar ini merupakan salah satu inovasi penting dalam sejarah kebudayaan manusia yang berakar pada zaman es di Indonesia saat masih menyatu dengan benua Asia," jelas Kepala Puslit ARKENAS, I Made Geria, dalam konferensi pers di Gedung A Kemendikbud, Jakarta Pusat, Kamis (8/11/2018).

Peneliti mengungkapkan temuan lukisan ini bisa menjadi pembanding dengan gambar-gambar yang berusia lebih muda. Dari sana dapat diketahui jejak inovasi gambar yang sudah berkembang dari masa ke masa.

"Gambar yang tertua adalah gambar seekor hewan yang tidak terindentifikasi, kemungkinan dia merupakan spesies banteng liar yang hingga kini masih ditemukan si kedalaman hutan Kalimantan," ujar Max Aubert, peneliti dari Griffith University.

Asisten peneliti, Adhi Agus Oktaviana mengatakan bahwa penemuan ini memberikan kesan bahwa tradisi menggambar cadas di zaman es atau Paleolitik muncul di Kalimantan. Dia juga mengatakan bahwa hasil ini mengindikasikan terdapat perubahan besar pada budaya seni lukisan cadas Kalimantan sekitar 20 ribu tahun yang lalu.

Sebelumnya, Eropa telah lama diketahui sebagai pusat perkembangan gambar cadas. Namun Kalimantan menjadi pulau ketiga terbesar di Bumi yang letaknya paling ujung timur dari lempeng benua Eurasia yang terpisah dari Eropa di ujung barat sejauh 13 ribu kilometer. "Di Indonesia juga ada Maros Pangkep namun tidak seperti ini gambarnya. Begitu juga yang berusia 39 ribu tahun, ada di Spanyol. Gambarnya berbeda," ujar dia.

Kendati demikian, penelitian ini masih meninggalkan tanda tanya besar. Co-leader Pindi Setiawan spesialis gambar cadas ITB mengatakan belum diketahui siapa dan dengan cara apa pelukis ini melukiskan gambarnya.

"Siapa seniman pada Zaman Es di Kalimantan dan apa yang telah terjadi pada mereka merupakan sebuah misteri," ujar Pindi. Hasil penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal International Journal of Science pada Rabu (7/11).


Berita Lainnya

Index
Galeri