Ini Makna Ziarah Kubur Hari Raya Enam bagi Masyarakat Kampar

Rabu, 13 Juli 2016 | 21:49:03 WIB
Bupati Kampar H Jefry Noer, SH saat melepas Ziarah Kubur Raya Enam 1437 H di Masjid Al-Mujahidin Dus
BANGKINANG - Hari Raya Enam yang ditunggu-tunggu warga masyarakat Kabupaten Kampar khususnya Bangkinang dan sekitarnya, selalu diawali dengan acara Ziarah Kubur ke setiap pemakaman yang ada di wilayah Kecamatan Bangkinang dan ini ternyata memiliki makna silaturahmi yang luar biasa.
 
Hal tersebut ditegaskan Bupati Kampar H Jefry Noer, SH saat melepas Ziarah Kubur Raya Enam 1437 H di Masjid Al-Mujahidin Dusun Uwai Desa Muara Uwai, Rabu pagi (13/7/2016). 
 
Bupati Kampar menjelaskan, dalam kegiatan ziarah kubur seluruh warga yang laki-laki tua, muda serta anak-anak terlihat dengan semangat untuk melaksanakan ziarah dengan berjalan kaki dari makam ke makam dan pada setiap makam yang disinggahi masyarakat melakukan doa bersama agar arwah baik itu keluarga maupun masyarakat yang telah 'dipanggil' oleh Allah SWT diberikan pengampunan atas dosa-dosanya, diterima amal ibadahnya, serta diberikan tempat yang layak di sisi-Nya.
 
Selain itu, agenda ini juga dimanfaatkan masyarakat untuk saling bersilaturahmi dan bersalaman. Sebab Hari Raya Enam ini bukan saja dirasakan oleh masyarakat tempatan namun juga masyarakat yang ada di perantauran. "Ini bukan saja dirasakan oleh masyarakat tempatan, namun juga masyarakat yang ada di perantuan khususnya yang berada di luar negeri untuk bersama ke kampung halamannya dan melaksanakan ziarah bersama sekaligus bersilaturahmi," tutur Bupati Kampar.
 
Bukan itu saja, setiap tahunnya Hari Raya Enam ini juga dihadiri para pejabat daerah yang berasal dari Kampar khususnya Bangkinang, dan momen ini betul-betul menjadi agenda tahunan yang rutin dilaksanakan masyarakat. "Kita mengharapkan setiap tahunnya ada peningkatan dalam pelaksanaan agenda ini, khususnya kesadaran kita saling berbagi, bersilaturahmi selain dari memfokuskan diri untuk mendoakan orang-orang yang telah mendahului kita," kata Jefry.
 
Bupati mencontohkan dengan kegiatan yang baru dilaksanakannya sebelum melepas ziarah kubur yakni dengan mengumpulkan dana dari para pejabat dan pimpinan SKPD yang diperuntukkan bagi pelaksanaan kegiatan ini serta membangun masjid. "Inilah bentuk kesadaran kita dalam berbagi dan bersilaturahmi bersama masyarakat," ucapnya.
 
Bupati juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad memang pernah melarang ziarah kubur, akan tetapi hal tersebut dilarang beliau karena apabila dalam pelaksanaan ziarah tersebut tidak sesuai dengan syariat Islam seperti duduk di atas makam, jalan di atas makam serta bercanda-gurau di lokasi pemakaman.
 
"Namun jika ziarah yang dilakukan sesuai dengan syariat, maka Rosulullah menganjurkannya, sebab menjenguk kuburan serta memanjatkan doa kepada almarhum sanak saudara maupun seluruh kaum muslim sudah menjadi kewajiban dan hal ini yang sangat diharapkan," tegasnya.
 
Bupati pun berharap agar tradisi ini terus dipertahankan dan dikembangkan dengan mengenang jasa para pendahulu kita, jangan hendaknya acara ini sekadar acara rutinitas dan seremonial setiap tahunnya namun kita harus dapat memberikan makna yang yang lebih dalam lagi dan terus dapat ditingkatkan melalui kesadaran kita bersama.
 
Adapun Ziarah Kubur yang dilakukan oleh orang nomor satu di Kabupaten Kampar tersebut juga didampingi Kapolres Kampar, Mantan Dandim 0313/KPR Asep, Anggota DPRD Kampar Rahmad Jevari Juniardo, para Asisiten, Staf Ahli, para Kepala Dinas, Badan, Kantor dan Kabag serta dipandu oleh Al Ustadz Muahammad Safi'i. Acara tersebut juga dihadiri oleh Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman.
 
Sementara itu, rute ziarah kubur yang dilajukan Rombongan yakni Makam Pahlawan Gandulu DT Tabano Uwai, pemakaman majelisis Jamik, kemudian dilanjutkan ke Pemakaman Umum Darun Nahdhah Desa Uwai Kecamatan Bangkinang serta kembali ke Masjid Al Mujahidin guna melakukan acara makan bersama. (dan/hms)
 

Terkini