Said Aqil: Nabi Muhammad Tak Pernah Membangun Negara Islam

Said Aqil: Nabi Muhammad Tak Pernah Membangun Negara Islam
Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj. (foto: liputan6.com)

JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj, mengatakan sejatinya tak ada negara Islam jika merujuk konsep negara yang dibangun Nabi Muhammad. Menurut dia, Nabi Muhammad membangun negara yang sejahtera, adil dan makmur bernama negara Madinah.

"Nabi Muhammad tidak pernah membangun negara Islam, negara agama. Yang ada adalah negara Madinah, yakni negara berkeadaban, berkebudayaan dan melibatkan semua unsur bangsa dari berbagai agama dan suku," kata Said saat silaturahim kebudayaan di Kantor PBNU Jakarta, Jumat (28/7/2017).

Said menambahkan Islam bukan teori dan bukan hanya ritual. Islam terkait kemajuan di bidang agama, moral, kebudayaan dan ilmu.

Hal tersebut tampak dari perjalanan masuknya Islam nusantara hingga menjadi negara kesatuan republik Indonesia saat ini. Ia menilai kebudayaan menyatu dengan pengetahuan dalam penyebaran Islam yang menyatukan.

"Kebudayaan sejak dahulu telah menjadi bagian integral dan tidak dapat dipisahkan dari denyut nadi masyarakat Nusantara," tegasnya.

Said juga mencontohkan Wali Songo menjadikan kebudayaan sebagai medium fundamental diseminasi ajaran Islam, yang mencirikan ajaran agama dalam bentuknya yang khas.

"Yakni Islam Nusantara yang santun, fleksibel dan adaptif dengan perkembangan zaman. Melalui kreasi adilihung wayang, tembang-tembangan, dan alat musik tradisional, Wali Songo berhasil membangun dialog mutualistik antara budaya dan agama," tuturnya.

Sementara itu, Mantan Menteri Perhubungan, Agum Gumelar, yang juga menjadi pembicara dalam diskusi dengan tema “Meneguhkan Eksistensi Budaya” dalam rangka Memperkuat Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia sepakat dengan pernyataan Said Aqil.

"Para founding fathers NKRI pun menyadari betapa kebudayaan merupakan nafas kehidupan dari eksistensi berbangsa dan bernegara, baik secara filosofis maupun konseptual, dengan menempatkan kebudayaan sebagai identitas nasional," ujar Agum. (max/viva.co.id)


Berita Lainnya

Index
Galeri