Masjid Raya Senapelan, Peninggalan Sejarah yang Kini Tinggal Kenangan

Masjid Raya Senapelan, Peninggalan Sejarah yang Kini Tinggal Kenangan
Masjid Raya Senapelan yang terletak di kawasan pasar bawah, kini tinggal kenangan sebagai cagar buda
PEKANBARU - Masjid Raya Senapelan yang terletak di kawasan pasar bawah, kini tinggal kenangan sebagai cagar budaya situs peninggalan sejarah dari Kerajaan Siak Sri Indrapura yang pernah bertahta di Pekanbaru (Senapelan) di masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah sebagai Sultan Siak ke-4.
 
Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) yang berkedudukan di Batusangkar Sumatera Barat sudah mengirimkan surat prihal pencabutan Masjid Raya Senapelan tersebut sebagai situs cagar budaya. Hal itu lantaran secara fisik, sudah banyak mengalami perubahan serta tak sesuai lagi dengan nilai sejarahnya.
 
Suratnya sudah ada, sudah kita terima. Kita bagaimana lagi. Cagar budaya itukan peninggalan masa lalu. Secara fisik kalau sudah berubah 80 persen, makanya tak bisa lagi sebut cagar budaya, kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Riau Kamsol, Kamis (25816).
 
Menurut Kamsol, kemungkinan yang dihapuskan dari daftar situs cagar budaya hanya Masjid Senapelan. Masih ada peninggalan sejarah yang masih dipertahankan seperti makam keluarga kerajaan Siak yang masih terjaga.  
 
Namun begitu, agar nilai-nilai sejarah masjid tak hilang begitu saja, Disdikbud Riau berencana akan membuat reflika fisik masjid sesuai dengan wujud awalnya, agar masyarakat kembali mengenal sejarah kerajaan Siak di Pekanbaru (dulu Senapelan) tersebut.
 
Itu kita masih diskusikan bagaimana nantinya. Apakah kita buatkan reflikanya. Kita beri juga paparan sejarahnya, agar masyarakat mengenal, ujar Kamsol.
 
Sebagai catatan tambahan, disebutkan Masjid Raya Pekanbaru adalah masjid teruta dibangun pada abad ke 18 tepat 1762 di Pekanbaru. Masjid yang terletak di Jalan Senapelan Kecamatan Senapelan ini memiliki arsitektur tradisional.
 
Masjid yang juga merupakan bukti Kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di Pekanbaru (Senapelan) yaitu di masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah sebagai Sultan Siak ke-4 dan diteruskan pada masa Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah sebagai Sultan Siak ke-5. Sejarah berdirinya Masjid Raya Pekanbaru di masa kekuasaan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah memindahkan dan menjadikan Senapelan (sekarang Pekanbaru) sebagai Pusat Kerajaan Siak.
 
Sudah menjadi adat Raja Melayu saat itu, pemindahan pusat kerajaan harus diikuti dengan pembangunan Istana Raja, Balai Kerapatan Adat, dan Masjid. Ketiga unsur tersebut wajib dibangun sebagai representasi dari unsur pemerintahan, adat dan ulama (agama).
 
Pada penghujung tahun 1762, dilakukan upacara menaiki ketiga bangunan tersebut. Bangunan istana diberi nama Istana Bukit balai kerapatan adat disebut Balai Payung Sekaki dan masjid diberi nama Masjid Alam (yang mengikut kepada nama kecil sultan Alamuddin yaitu Raja Alam). 
 
Pada tahun 1766, Sultan Alamuddin Syah meninggal dan diberi gelar Marhum Bukit. Sultan Alamuddin Syah digantikan oleh puteranya Tengku Muhammad Ali yang bergelar Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah.
 
Pada masa pemerintahannya (1766-1779), Senapelan berkembang pesat dengan aktivitas perdagangannya. Para pedagang datang dari segala penjuru. Maka untuk menampung arus perdagangan tersebut, dibuatlah sebuah pekan atau pasar yang baru, pekan yang baru inilah kemudian menjadi nama Pekanbaru sekarang ini. (max)
 


Berita Lainnya

Index
Galeri