Kertas Putih vs Sampah

Kertas Putih vs Sampah
Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum. (Foto: Istimewa)
Oleh: Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum.
 
JIKA ada selembar kertas, lalu kertas putih itu kita letakkan di atas meja dan tempat yang benar, kita akan katakan, "itu kertas putih". Namun jika selembar kertas itu kita letak di dalam tong sampah, maka kita akan merubah nama kertas putih itu menjadi "sampah".
 
Padahal sama-sama kertas, namun kita bisa memberikan dua nama yang berbeda. Mengapa? Karena konteksnya berbeda. Kertas yg diletakkan di atas meja dan di tempat sampah akan berbeda sekalipun sama-sama kertas putih.
 
Begitu pulalah kehidupan nyata. Seringkali kita meletakkan sesuatu yang baik dengan kemasan yang tidak baik, maka akan menjadi tidak baik. Apa yang membedakan? Cara dan konteksnya.
 
Kasih sayang diungkapkan dengan kemarahan dengan alasan dan dalih perhatian. "Saya ini marah karena saya perhatian". Sejak kapan perhatian diungkapkan dengan kemarahan? Konteksnya tidak tepat. Sama dengan kertas putih yang dimasukkan ke dalam tong sampah.
 
Hal ini akan berbeda dengan "saya marah karena ini memang salah", maka marah yang dilakukan pada tempatnya akan diungkapkan dengan benar. Benar konteksnya, benar hasilnya.
 
Demikian juga nasihat yang dilakukan dengan cara yang salah. Nasihat yang diungkapkan dengan mencaci, memaki atau bahkan menyindir hanya akan seperti kertas putih yang dimasukkan ke dalam tong sampah. Nasihat yang diungkapkan dengan sindiran, makian dan cacian dengan alasan "demi kebaikan" tidak tepat konteksnya dan hanya akan membuat hasil yang negatif.
 
Idealnya, nasihat dilakukan dengan kata persuasif dan cinta serta kasih sayang. Maka konteks yang benar dengan cara yang benar akan menghasilkan kebenaran.
 
Ketika sang anak salah, biasanya kita akan menasihati dengan marah. Ketika marah, anak akan menganggap kita "sedang marah", bukan "sedang menasihati". Marah dan nasihat dua hal yang berbeda. Marah tidak mengandung pesan positif. Sementara nasihat mengandung pesan positif. Mengapa anak suka melalukan kesalahan berulang? Karena ia menangkap kemarahan, bukan nasihat. Hingga yang ia dapatkan hanya sakit hati saja dan bukan nasihat positif. 
Sama-sama nasihat, tetapi konteks dan caranya berbeda maka ia akan menjadi berbeda.
 
Betapa banyak niat baik kita yang tidak sesuai konteksnya hingga ia hanya akan menjadi sampah berserakan tiada arti. Ketika telah terjadi kita hanya menyalahkan keadaan. Padahal bukan keadaan yang salah, melainkan kita telah meletakkan kertas putih kedalam tong sampah!
 
Wallahua'lam
 


Berita Lainnya

Index
Galeri