Benar Niatnya, Benar Amalnya

Benar Niatnya, Benar Amalnya
Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum. (Foto: Istimewa)
Oleh: Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum.
 
"Ah... Semua tergantung pada niatnya kok..."
 
Sering kita mendengarkan kata demikian. Namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah kebenaran niat menjadi salah satu dan satu-satunya syarat diterimanya perbuatan? Lalu bagaimana dengan orang yang mencuri lalu berkata, "Saya mencuri dengan niat yang baik, yakni ingin mensedekahkan seluruh hasil curian saya kepada anak yatim."
 
Lalu sang Pekerja Seks Komersil juga akan berniat, "Aku bekerja seperti ini adalah untuk menghidupi anakku. Bukankah anak adalah amanah Allah yang harus dijaga? ini adalah bentuk usahaku."
 
Lalu para pencuri kelas kakappun akan bersuara, "Aku korupsi tapi sebagian hasil curianku adalah untuk mendirikan masjid. Yang penting niatku baik..."
 
Sahabat, betapa banyak sikap yang tak bertanggungjawab bersembunyi di balik kata niat? Betapa banyak para penyandang kemungkaran merangkul kata niat untuk menyembunyikan kemungkarannya?
 
Apakah segala sesuatu hanya tergantung pada niatnya? Tidak! Niat tidak cukup menjadi syarat diterimanya amal.
 
Niatnya benar, caranya benar.
Inilah syarat diterimanya amal.
 
Niat yang salah dan dibungkus dengan amal yang benar akan salah. Sebaliknya niat yang benar dan dibungkus dengan cara salah, akan menjadi salah.
 
Sekarang kita ambil contoh sikap caranya benar namun niatnya salah:
 
Ada rekan yang sering sekali melakukan puasa Senin dan Kamis, namun ketika ditanya mengapa engkau berpuasa? Mereka akan mengatakan, "aku ingin diet." Ia benar telah melakukan puasa namun pada saat yang sama ia niatkan untuk diet. Dalam hal ini mereka termasuk orang yang benar amalanya, salah niatnya. Maka amalnyapun akan tertolak.
 
Beberapa waktu lalu kita bertemu dengan rekan yang rajin sekali berpuasa Daud. Ketika ditanya, "kenapa engkau sering sekali berpuasa Daud?" Ia katakan, "aku ingin hidup lebih hemat." Sahabat, ini juga merupakan sebuah contoh benar amalnya, salah niatnya. Amal seperti inipun akan tertolak.
 
Demikian juga terhadap dakwah.
 
Niat benar disampaikan dengan cara yg salah akan menjadi salah. Niat salah disampaikan dengan cara benar bisa jadi "terlihat benar".
 
Orang fasik dan munafik terkadang menjadikan cara yang benar untuk membenarkan yang salah sehingga ia terlihat benar. Dan sebaliknya orang beriman dengan ketidakcakapannya menyampaikan yang benar dengan cara salah akan terlihat salah.
 
Dunia membutuhkan orang baik yang meniatkan yang benar, malakukan yang benar, beriman dan cakap dalam menyampaikan kebenaran.
 
Rasul pun pernah bersabda, "Janganlah engkau menjadikan orang menjauh dari agamamu karena cara kamu menyampaikan kebenaran dengan cara yang salah/tidak disukai orang."
 
Semakin jelas bahwa amal yang benar harus diniatkan dengan benar dan dilakukan dengan cara yang benar. Maka hasilnya akan benar.
 
So, semua tidak tergantung hanya pada niatnya. Niat hanya salah satu syarat mencapai kebenaran. Niat juga membutuhkan cara yang benar agar perbuatan dapat dianggap baik.
 
Wallahua'lam
 


Berita Lainnya

Index
Galeri