Sugesti Vs Takdir

Sugesti Vs Takdir
Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum. (Foto: Istimewa)
Oleh: Ustazah Nella Lucky S.Fil.I.,M.Hum.
 
Sahabat, manusia hidup diatur oleh fikirannya. Fikiran akan melahirkan sikap dan sikap akan melahirkan kenyataan. Sikap yang dilakukan berulang-ulang akan memjadi tabi'at (kebiasaan). Kebiasaan ini akan menjadi karakter. Jika sudah menjadi karakter, maka perubahan akan sulit dilakukan. Butuh waktu panjang dan perjalanan yang tidak singkat untuk merubah karakter.
 
Itulah sebab orang yang suka marah dan tempramen berulang kali, butuh waktu, pengorbanan yang panjang untuk merubahnya. Itulah sebab orang yang cepat tersinggung, butuh waktu panjang untuk bangkit dari ketersinggungannnya karena kebiasaan itu sudah menjadi karakter yang melekat pada dirinya.
 
Tanpa kita sadari hidup kita diatur oleh sugesti dan fikiran kita yang lama kelamaan akan menjadi karakter. Ketika kita ingin mengatur hidup, maka kita harus mengatur fikiran. Jika kita ingin merubah nasib, maka ubahlahh fikiran. Hampir 24 jam kehidupan kita diatur oleh fikiran dan sugesti kita.
 
Misalnya:
 
1. Saya kalau kurang tidur dari 8 jam sehari di malam hari, paginya saya akan lelah letih lesu. Ganti dengan, "Saya jika kurang tidur, paginya selalu segar karena saya hanya butuh sedikit istirahat saja namun berkualitas."
 
2. Jika mood saya terganggu, saya akan cepat marah. Ganti dengan, "Saya itu kalau mood terganggu ya pada saat itu saja. Nanti juga akan baik secepatnya, saya orangnya tidak suka mencampur adukkan masalah hanya karena mood saya terganggu."
 
3. Saya kalau sudah sakit hati, tidak bisa berbaik lagi. Ganti dengan, "Saya kalau sudah sakit hati ke satu orang maka tidak akan berpengaruh kepada orang yg lainnya. Karena saya cukup bisa memetakan masalah pada tempatnya."
 
4. Saya kalau mengendarai mobil di siang hari pasti mengantuk. Ganti dengan, "Saya susah tidur di siang hari dan selalu harus tidur di malam hari, jadi siang hari sekalipun nyetir dalam waktu lama, saya tetap kuat."
 
5. Saya jika marah sama anak, saya akan marah juga sama suami. Ganti dengan, "Jika saya marah dengan anak, saya akan tetap stabil dalam interaksi dengan suami dan lainnya."
 
6.Jika saya sedang melakukan satu pekerjaan, maka saya tidak bisa melakukan pekerjaan lain dalam satu waktu. Hanya satu pekerjaan dalam satu waktu. Ganti dengan, "Saya bisa mengerjakan banyak perkerjaan dalam satu waktu. Tanpa mengganggu kualitasnya."
 
7. Saya kalau sudah pusing, harus meminum obat agar tidak jatuh sakit. Ganti dengan, "Saya kalau pusing hanya perlu meminum segelas air hangat dan setelah itu saya akan merasa sehat."
 
Dan banyak lagi contoh lainnya. 
 
Sahabat, jika kita ingin merubah pola hidup maka tentu kita harus merubah pola fikir karena fikiran ibarat software yang akan mengendalikan kerja otak dan badan. Pada akhirnya kita tahu bahwa seluruh pola-pola hidup kita adalah karena setingan software otak yang kita bangun. Oleh karenanya bangunlah software positif maka kita akan menjadi positif.
 
Saya bertemu dengan seorang teman yang cita-citanya ingin menjadi pembicara hebat. Saya berkata padanya, "Apakah cita-cita dan keinginanmu?" Ia menjawab, "Ingin menjadi pembicara hebat." Oh... Apa langkahmu mencapai itu semua? Ia katakan, "Saya harus belajar dengan pembicara hebat." Lalu selang beberapa waktu saya bertanya, "Apakah kamu sudah buktikan bahwa kamu sudah menjadi pembicara hebat?" Ia katakan, "Saya masih belajar jadi pembicara hebat pada orang-orang hebat Nella." 
 
Beberapa tahun bertemu kembali, ia tetap mengatakan, "Saya ingin jadi pembicara hebat dan saya sedang belajar jadi pembicara hebat." Hingga tahun selanjutnya juga demikian. Ia tak kunjung menjadi pembicara hebat bahkan berbicara di depan umumpun ia tak berdaya.
 
Lalu saya katakan kepadanya, "Tahukah kamu kenapa keinginanmu menjadi pembicara hebat tak terwujud?" Ia katakan, "Karena saya masi belajar." Lalu saya berkata keinginanmu tidak terwujud karena kamu selalu memberikan sugesti yang salah pada diri dengan berkata, "Saya SEDANG BELAJAR menjadi pembicara hebat." Coba  ganti kata itu dengan "Saya ini sudah jadi pembicara hebat." Ungkapkan dalam hati, kamu akan percaya diri bahwa kamu pembicara hebat. Kata-kata "Saya SEDANG BELAJAR menjadi pembicara hebat akan menurunkan tingkat kepercayaan diri dan selamanya tidak akan menjadikan kita percaya diri. Otak akan selalu memberikan input SEDANG BELAJAR terus menerus. Dan kalau sedang belajar terus kapan hebatnya???". Ungkapkan dalam hati "Saya pembicara hebat" maka otak akan menginput bahwa kita adalah pembicara. Dan terbukti sekarang ia menjadi pembicara hebat.
 
Ingat. Confidence alias percaya diri berbeda dengan kesombongan. Sebagaimana perbedaan optimis dan kesombongan.
 
Ya... Seakan-akan sugesti, persepsi dan prasangka yang kita bangun ibarat takdir yang menjadikan semua nyata.
 
Hal ini sesuai dengan hadist qudsi yang mengatakan, "Saya berada dalam prasangka hamba saya."
 
So, bangunlah prasangka positif maka kita akan menjadi positif. Kita adalah apa yang kita fikirkan. Semakin kita berbaik sangka, semakin indahlah nasib kita.
 
Wallahua'lam
 


Berita Lainnya

Index
Galeri