Bukan Orang yang Tak Punya Harta, Tapi Inilah Orang Islam yang Paling Bangkrut di Akhirat

Bukan Orang yang Tak Punya Harta, Tapi Inilah Orang Islam yang Paling Bangkrut di Akhirat

Rasulullah Saw bersabda, "Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?" Sahabat menjawab, "Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak memiliki dirham (uang) dan tidak pula memiliki harta/barang."

Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya orang yang bangkrut dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat. Namun ia juga datang dengan membawa dosa kedzaliman. Ia pernah mencerca si ini, menuduh tanpa bukti terhadap si itu, memakan harta si anu, menumpahkan darah orang ini dan memukul orang itu. Maka sebagai tebusan atas kedzalimannya tersebut, diberikanlah di antara kebaikannya kepada si ini, si anu dan si itu. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang-orang yang didzaliminya sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kejelekan/kesalahan yang dimiliki oleh orang yang didzaliminya lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam neraka." (HR. Muslim No. 6522).

Dari hadits di atas, kita bisa simpulkan bahwa bangkrut di akhirat tidaklah sama dengan bangkrut di dunia. Jika Anda berada di dunia, bangkrut identik dengan harta benda, lalu bangkrut dalam praktik berikutnya berkaitan dengan kita, apakah itu adalah kebajikan atau kejahatan.

Seseorang akan dinyatakan bangkrut di akhirat jika amal menyatakan tidak hanya habis untuk 'membayar' kejahatan yang dilakukannya, tetapi ia harus mendapatkan sumbangan 'amal' keburukan dari orang-orang yang pernah ia sakiti baik fisik maupun perasaannya, sehingga orang itu tidak ridha dan ia menuntut di akhirat.

Jadi, jika persoalan di dunia, dapat kita selesaikan dengan baik, kenapa menunggu akhirat? Jika terkait dengan kesalahan kita bisa minta maaf, jika berhubungan dengan utang-piutang kita bisa membayar dengan uang, meskipun harus diangsur sedikit demi sedikit, maka akan selesai juga, begitupun dengan persoalan lainnya maka selama kita berada di atas dunia, semua persoalan itu bisa diselesaikan.

Jika telah berada di akhirat maka persoalan tidak bisa lagi diselesaikan dengan baik, pertanggungjawabannya semakin besar, maka persoalan kita terhadap tetangga, saudara, teman dan lainnya banyak. Semuanya nanti akan menuntut di akhirat dan ketika semuanya hanya bisa kita bayar dengan pahala kebaikan yang kita bawa selama hidup di dunia ini, untuk menyelesaikan masalah dengan seseorang apabila ia tidak ridha, maka kebaikan/amal kita akan dipindahkan pahalanya kepada orang yang menuntut tadi.

Bagaimana seandainya semua kebaikan/pahala kita sudah habis untuk membayar kesalahan kita terhadap orang lain, sedangkan orang lain masih ada yang menuntut karena kesalahan kita di masa hidup. Maka jalannya adalah kita harus menerima dosa dan kesalahan orang itu diberikan/dilimpahkan kepada kita.

Pantas saja Rasul sampaikan bahwa orang yang seperti di atas adalah orang bangkrut di akhirat, karena kerugian yang teramat besar yang ia dapatkan. Mudah-mudahan kita terhindar dari orang yang bangkrut di akhirat dengan senantiasa bersikap baik terhadap orang lain dan tidak menyakiti perasaannya.


Berita Lainnya

Index
Galeri