Bulan Merah Membentang Kubu
Malam sungguh terganggu
Takut dan mengerikan adalah mimpi buruk
Berhamburan angin mengikuti akar pohon beringin
Gelap gulita sangat menjeritmu
Sepi seperti kuburan
Bekas orang mati
Menempel darah di dalam tanah jasad
Bagaikan petir menyambar manusia sengsara
Hidup tak sanggup menjalaninya
Bunga mawar merah teroleh luka
Menetes darah kecil di kulit tergaris
Hutan tersesat lembaran hilang
Inilah tajamkan mata
Saat terjadi benang dari benang
Waktu terus panjang
Tiada habis dimakan kalbu
Surabaya, 1 November 2016
Tiada Lekang di Belakang
Belakang menutupi orang
Kadang selalu berulah kecil
Suara mendengar hingga ke Depan
Terlinap semua sulit menantang bagiku
Tembok dikotori coretan tanpa sekenang makna
Sejarah tak tentu sama
Perbedaan-perbedaan akan terungkap
Ia ku tunduk namun sungguh iri
Tak sempat ku kerjakan
Walaupun arahan tidak sampai di tengahmu
Memungkiri tak mau ditawari
Karena depan adalah pemberani
Sedangkan di belakang hanya sekedar melamun
Tidak penting lingkup lalu mengincarmu
Tiada manfaat saat di depan
Selamanya tanpa harus perbuat
Surabaya, 1 November 2016
Usirlah Mulut yang Melebar
Betapa aktivitas begitu sebentar
Mulut begitu terbuka
Lalu melebar lagi dan lagi
Angin begitu keluar secara sendirinya
Bayangkan mulut singa begitu menguap
Seperti mulut yang melebar setiap waktu
Tidak mungkin tertutup dengan tangan
Di tempat beribadah tidak sopan
Syaitan melebarkan mulut saat beribadah
Semua orang tidak sadar
Buka mulut juga melanggar etika
Bayangkan sesudah mulut melebar
Langsung tidur dalam waktu singkat
Usirlah dengan tangan menutupi mulut
Kau yakin angin tidak keluar
Melainkan lindungi dari lingkungan syaitan
Surabaya, 2 November 2016
