Gadis Danau Kembar Rilis Buku ‘Senja di Ujung Hati Mahya’

Jumat, 21 Oktober 2016 | 06:10:59 WIB
Poster Afriani Vie. (Dok. Diatunes Artist Management)
PADANG - Vivi Afri Oviani yang bernama pena Afriani Vie, asal Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, merilis buku fiksi yang berjudul 'Senja di Ujung Hati Mahya' pada hari Kamis, 20 Oktober 2016. Buku ini dieditori oleh Denni Meilizon, penerima Anugerah Literasi Minangkabau 2016.
 
Afriani Vie yang lahir di Simpang Tanjung Nan IV, Danau Kembar, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat pada 12 April 1992 ini, bukunya diproduksi oleh penerbit Pena House, Blora, Jawa Tengah, berisi kumpulan cerpen yang sebagian kisah ditulisnya sejak tahun 2006, namun sebagian besarnya ditulis setelah tahun 2010.
 
"Buku perdana Vi ini bertema roman, pengorbanan, dan kesedihan. Banyak tema lain yang disajikan dalam buku Vi ini, untuk membuktikan bahwa kita bisa menulis tentang apa saja. Kritikan dibuka pada buku Vi ini dan Vi akan mempertanggungjawabkannya. Buku ini adalah impian yang menjadi nyata, yang sudah sangat lama Vi harapkan terwujudnya," kata Afriani Vie, anak dari pasangan Gafuni (alm) dan Zainab, ketika kami wawancarai, Kamis (20/10/2016).
 
Sekarang, Afriani Vie beraktivitas sebagai Staf Tata Usaha di MTS Diniyyah Puteri Padang Panjang, setelah menamatkan kuliah strata satunya pada Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan di Universitas Negeri Padang (UNP). Dan pada saat ini Afriani Vie juga menjabat sebagai Wakil Koordinator Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia Unit UNP. 
 
"Kak Vivi orangnya introvert, pemalu. Tapi tulisan-tulisannya selalu melebihi pandangan orang lain terhadap dirinya, yang menjangkau dari kepribadiannya itu. Tulisan-tulisannya enak di baca, dan bisa bikin kita baper sendiri. He he," kata Arif Afsyah, Koordinator FAM Indonesia Unit UNP, yang juga adalah artis penyanyi yang lagunya dipasarkan oleh IslamicTunes, Malaysia.
 
Menggeluti dunia kepenulisan, Afriani Vie pernah meraih juara II Lomba Menulis Puisi antar FAM Unit UNP dan juga pernah Juara III dalam Lomba Menulis Cerpen Tingkat Nasional yang diadakan oleh Forum Studi Dinamika Islam (FSDI) UNP. Sebagai gadis asal Danau Kembar, Afriani Vie juga ikut memikirkan tentang eksplorasi wisata serta kekayaan Sumber Daya Alam lainnya yang dimilki kampung halamannya, Danau Kembar.
 
“Pelannya perkembangan parawisata di Danau Kembar bisa saja karena kerasnya prinsip orang-orang di kampung Vi, yang belum mau berpikiran maju, dan ketakutan kalau tempat wisatanya akan dikuasai non pribumi. Mereka takut berdampak pada pendapatan mereka. Namun pada sisi lain, mereka juga ingin mempertahankan kelestarian alam mereka,” kata Afriani Vie, yang juga punya bakat membuat cinderamata dan penganan ringan.
 
Afriani Vie berpendapat, jika masyarakat Danau Kembar, khususnya di daerah Danau di Atas dan Danau di Bawah mau bekerjasama dengan Pemerintah, mungkin pariwisata di sana akan jadi lebih baik lagi, demi menarik pengunjung baik wisatawan domestik maupun dari Mancanegara. Tentu ini akan berimbas pada kenaikan pendapatan mereka nantinya. Kemajuan di suatu daerah  tentu hasil sinergi yang baik antara masyarakat dengan Pemerintahnya.
 
“Selain objek wisata danau, di sepanjang jalan dari Padang menuju Danau Kembar di kaki Gunung Talang ada hamparan luas kebun teh yang berbukit-bukit. Dan potensi lain yang dimiliki oleh kecamatan Danau Kembar ini juga ada agrowisata yang dibuat oleh masyarakat di Kanagarian tersebut. Pada agrowisata ini, kita akan menjumpai berbagai jenis tanaman dan sayuran,” kata Afriani Vie yang juga adalah guru pendamping bagi para siswa Kelas Menulis 'Tanda Baca' (binaan Forum Aktif Menulis Indonesia) di kaki Gunung Singgalang, Kota Padang Panjang, yang digelar setiap hari Minggu sore.
 
Lebih rinci Afriani Vie menjelaskan, jenis tanaman yang ada dibudidayakan di sana adalah kol (lobak), strawberry, aneka sayuran khas daerah dataran tinggi, beberapa pohon terung, pohon jeruk (limau). Meski tidak banyak, tapi cukup beragam. Namun sayangnya, karena pengelolaan yang kurang serius, akhir-akhir ini agrowisata tersebut seperti mati suri. Kebun-kebun itu ditumbuhi rumput, karena tidak terawat lagi. 
 
“Di sekitar Danau di Atas dan Danau di Bawah tersebut, masih banyak tempat yang bisa kita eksplorasi untuk menjadi tempat tujuan wisata yang kini masih terjaga keasriannya. Ini sangat membutuhkan kerjasama antara masyarakat dengan Pemerintah,”  kata Afriani Vie berharapan.
 
Lewat rilis buku perdananya ‘Senja di Ujung Hati Mahya’, Afriani Vie juga mengingatkan, agar masyarakat tidak selalu mengutamakan pendapatan daripada kesehatan mereka sendiri. Jangan sampai petani sayur tidak mengonsumsi sayuran. Dan ke depannya semoga masyarakat di Danau Kembar lebih perhatian terhadap pendidikan. 
 
Bagi para pembeli buku ‘Senja di Ujung Hati Mahya’ karya Afriani Vie ini, telah sediakannya bonus cinderamata berupa gantungan kunci buatan Afriani Vie. *
 
Laporan: Muhammad Fadhli (Padang)
 

Terkini