PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Kepakkan Sayap Garuda
Langit biru niscaya anggun
Tetes embun kian syahdu beraroma rindu
Hamparan laut membiru tak berujung
Dedaunan melambai damaikan kalbu
Permata hijau dipelupuk mata
Laksana surga dinegeri penuh cinta
Kicauan burung bersenandung penuh tawa
Terbentang disepanjang zamrud khatulistiwa
Merdeka bukanlah sekedar ilusi
Bukan sekedar teks proklamasi yang terucap tanpa bukti
Ibu pertiwi kian haru menangis
Ketika anak bangsa tak lagi peduli
Bangkitlah pemuda Indonesiaku
Masa depan bangsa sedang kau pangku
Jangan lemah dan jangan rapuh
Indonesia butuh dirimu
Bangunlah pemuda kebanggan bangsa
Kepakkan sayap indah garuda
Lampaui cakrawala khatulistiwa
Kibarkan sang saka diujung kejayaan
Sahabat Pertama
Kisah itu seakan nyata menggores jiwa
Terbalut dibalik album berpita jingga
Bak malaikat tanpa sayap berhati baja
Engkau laksana bidadari surga
Sering hatiku bertanya, dari manakah hatimu terbuat?
Apakah dari butiran kecil cokelat yang melahirkan kelembutan?
Apakah dari tetesan embun yang membuai kedamaian?
Entahlah, cintamu tiada berkesudahan
Senyum simpulmu menemaniku membuka mata
Sentuhan jemarimu mengajariku berjalan
Ibu, engkau sahabat pertamaku
Disepanjang jalan setapak
Kau mengajariku bagaimana cinta harus bertindak
Doamu menguatkan setiap langkah
Laksana pelita menuju titihan anak tangga
Ibu, yang kutahu hanya satu
Meski rambutmu telah memutih, cintamu tiada bertepi
Hatimu tetap suci setulus merpati
Seputih kapas yang tak pernah terhempas
Disetiap hembusan nafas
Hujan Pembawa Rindu
Jejakmu masih tersimpan rapi dalam memori
Berkecambuk pilu menghujam hati
Meski waktu kian cepat berlari
Bekas pelukmu tetap bertahta dalam sanubari
Tetesan hujan mengisyaratkan kalbu
Menorehkan kenangan yang seharusnya telah berlalu
Ketika jemari tak lagi bisa saling menggenggam
Percayalah, rindu kita masih bisa saling bersentuhan
Kita sempat bersama sebelum saling melupakan
Kita sempat tertawa dan bahagia tanpa jeda sebelum saling meninggalkan
Hingga waktu terlalu jahat untuk dikenang
Namun kau tetap tersimpan
Gemericik hujan mengalirkan harmoni cinta
Simfoni keindahan menjebakku diruang nostalgia
Kamu tetap manis dalam banyak hal
Hingga aku lupa caranya melupakan
Sampai aku kehabisan akal untuk menghapus kenangan
Namun aku percaya, cinta sejati tahu kemana dia akan pulang
