Negeri Setengah Dewa, Ingatlah Aku, Pesona Indonesia, Pemeran Utama

Jumat, 23 September 2016 | 01:40:11 WIB
Ilustrasi. (Vineta Cook/vinetacook.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Negeri Setengah Dewa
 
Siapa kita hingga sayap ini tak mampu dikepak ?
Siapa kita hingga mata ini seolah terpejam ?
Hanya serpihan orasi masa kini
Tergerus kisah tergiring zaman
Laksana secarik kertas lalu terbang dibawah angin
Dimana kau hakim bangsa, penerus negeri singgah sana kelak
Tujuan dan cita seakan hilang terbungkus harapan
Demi keuntungan semu belaka
Mungkinkah terlintas dibenakmu sang wali negeri ?
Realita bangsa tak kunjung padam
Balutan emosi terwakil pesan oleh jiwa-jiwa terdalam
Dibalik pilu senandung luka tertindih kami menatih
Segeralah maju tanpa menyingkir 
Bersatu teguh amanatkan pancasila, asal usul lahirmu
Demi negeri yang indah tenang
 
 
 
Ingatlah Aku
 
Senyuman pagi disambut cahaya timur
Berkaca dia  menyapa jiwa terpautan
Dikenang kisah bernaung cerita
Awali hari sejuta tanya
Terpandang ku terpanah sembari membisu terkesima
Derunya ombak terselip pesona alam mewakili nuansa tak terbantahkan
Waktu itu bergulir tegas, segera aku beranjak dari asal
Menyesur liku baliknya sang surya
Seakan dijemput senja kian pudar tersentak hati ini merasa gundah
Seolah gelisah aku pun terdiam
Terngiang jauh dari sana dengungnya semesta lewat karya berganti
Apa mungkin alam tak lagi karib ?
Beribu anggapan menghias sudah
Entah kamu atau murkaKu
Ingatlah aku
 
 
 
Pesona Indonesia
 
Terbentang jauh dari barat menuju timur
Lukisan terindah Sang empunya kehidupan
Sebuah negeri yang diimpikan semesta
Ya, Dialah Indonesiaku, Heaven on Earth begitu sapa orang seberang
Dikala takjub dengan alam  dan juga kekayaan negeri ini
Sungguh tak terhingga ku haturkan pada Mu
Nikmat duniawi tak dapat ku dustakan
Gugusan pulau terhampar rapi dengan khasnya
Bersanding laut biru bersama ombak yang melintang
Seakan menambah sensasi negeri si jamrud khatulistiwa
Oh, indahnya alamku pesona Indonesia
Negeri seribu pulau
Macan Asia yang sempat ditakuti
Tak pelak waktu itu bergulir sudah
Semilir angin di bibir pantai
Pembawa kesejukan penghapus kepenatan
Berakhir sebuah cerita di penghujung pertemuan kita
 
 
 
Pemeran Utama
 
Malam itu penuh dengan emosi tentang kamu
Beralaskan tenun bermodalkan medan elektronik
Aku menjelajahi setiap kata demi kata pembawa sendu
Kata yang terbawa lewat lantunan sajak pelipur lara
Benar, kamu sudah membawaku sejauh ini
Skenariomu mungkin berjalan mulus, tapi tidak bagiku
Dalam setiap alunan jemariku terselip beribu kisah tentangmu
Sungguh aku merindukanmu 
Dimanakah dirimu ?
Ya, mungkin saja kamu sedang tidak berbuat apa-apa
Dimanakah dirimu ?
Ya, mungkin saja kamu sedang bernostalgia dengan  teman lamamu
Merindukanmu, itu sangat menyakitkan
Entahlah itu semua terwakilkan olehku
Betapa mirisnya sepenggal hati ini dikala mengharapkan kedatanganmu
Aku rindu mengucapkan selamat malam
Aku juga rindu mengecup kening manismu sebagai pengantar lelapmu
Aku rindu menggenggam erat kedua tanganmu
Aku rindu semuanya, semuanya yang tak dapat ku rasakan seperti dulu lagi
Semoga kita mendapatkan cinta yang sepantasnya
Aku mencintaimu
 
 
 
Aprialdy Yehezkiel Sumardi, Lahir di Ambon, 27 April 1995. Menyelesaikan studi TK, SD, SMP di Sekolah Kristen Kalam Kudus Ambon, SMA di SMA N Siwalima Ambon. Aktivitas sekarang adalah mahasiswa aktif semester 7 Sekolah Tinggi Perpajakan Indonesia (2013).
 

Terkini