Tak Lebih Panjang dari Sejarahmu Riau dan 4 Puisi Lainnya

Ahad, 18 September 2016 | 06:16:26 WIB
Ilustrasi. (Robert Pelles/absolutearts.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Tak Lebih Panjang dari Sejarahmu Riau
 
Semerbak keindahan surga
Utuh bersemayam  dalam hamparan jasadmu
Bumi Riau nan hijau
Kemilau pepohonan dan riuh canda satwa
Selalu setia temani putaran detik umurmu
Namun kini nampaknya tak sekedar hijau
Kreatifitas insan laknat turut mewarnaimu
Merah merekah sembura api menyelimuti rimbamu
Kepulan asap putih kini setia  menjadi tirai hidupmu
Kesegaran udara surga kini berkolaborasi dengan api neraka
Bersabarlah keusilan tangan-tangan jail tak lebih panjang dari sejarahmu
Tuhan akan turunkan air bah tangis dunia untuk kembalikan hijaumu
 
 
 
Sulam Kisah untuk Sembuhkan Luka
 
Berlabuh rasa ini dalam sunyinya hati
Kau beri rajutan benang cinta
Dalam hati yang telah usang oleh amarah
Perlahan sulaman kau bubuhkan
Hingga tak tersadar kini hati yang usang telah berubah
Berubah menjadi utuh lengkap dengan tirai kasih sayang
Masih jelas terngiang anggun ucapmu
Kau katakan perlahan
"Biarkan aku merajut kisah bersamamu
Bukan untuk menggantikan dia yang ada di hatimu
Namun untuk menjahit dan obati hatimu yang tengah terluka
Agar kau bisa tenang mengenangnya 
Tanpa perlu takut merasakan perihnya luka karena cinta"
 
 
 
Yang Tak Juga Sampai
 
Segala harap dan sesal yang memenuhi dadaku 
Tak akan membuatmu sadar akan rasaku padamu
Sekalipun seperti itu hanya satu pintaku 
Izinkan aku sulutkan benang cinta ini pada hatimu 
Bukan untuk menyatukan hati kita 
Namun untuk merajut hatimu yang tengah terluka karenanya
Dalam bait-bait puisi ini
Aku selalu sisipkan bayang senyummu di dalamnya
Dalam setiap ejaan kata ini 
Aku senantiasa selipkan manja parasmu di dalamnya         
Dan sepenuhnya aku sadari ini tak akan merubah apapun diantara kita   
Bahkan mungkin tak sejenakpun namaku kau sebut dalam helai ingatanmu
Aku terus berusaha setia pada rasa ini 
Sebuah rasa yang membawaku merangkak dalam rajutan cinta                                          
 
 
                  
Dari Satu Kesunyian ke Kesunyian Berikutnya
 
Dari satu kerinduan kekekerinduan berikutnya
Baru Ku Ingat
Pagi ini kubuka jendela kamar
Kutatap ufuk timur pagi 
Sembari kumpulkan partikel nyawa yang masih terlelap
Kucoba bersembunyi dalam tawa
Dan ku ucapkan
“Pagi yang indah”
Terdengar suara lirih dari dada ini
Dan berkata
“Sudahkah kaubangun bocah ?,
Mungkinkah ini pagi bila tak ada mentari, 
sungguh bagimu ini hanyalah malam yang beralih rupa.”
Dan aku pun teringat bila mentariku telah dicuri
 
 
 
Di Balik Ketukan Palu
 
Sang surya tersenyum menatap dunia dengan sinarnya
Terbit lewat gelap ufuk timur
Berharap manusia bangkit dari tidur dan lekas bersyukur
Namun sayang,
Sebagian dari manusia adalah peserta lomba atas nama Indonesia
Yang ujung cita-cita dan orasinya hanya setinggi kursi
Setiap matanya terbuka selalu di penuhi amarah
Setiap bangun dari mimpi senantiasa terbayang dengan kata KONSTITUSI
Entah apa maksudnya ?
Saling melempar kata curang dan berbicara ketidak adilan
Tanpa memandang bulan ini adalah nuansa kemerdekaan
Saling tuntut yang ujungnya tak ada yang menguntungkan rakyat
Saling memaki yang akhirnya berakhir di ulasan berita televisi
Apa yang mereka debatkan tak ada rasanya bagi kami kaum jelata
Kecuali muak, muak dan muak
Bulan kemerdekaan yang lalu-lalu di penuhi parade lomba
Yang mengandung do’a, tawa dan kata merdeka
Tanpa terkecuali para elit politik juga turut meramaikanya
Bukan lomba balap karung, makan krupuk, panjat pinang.
Namun ini tentang lomba mendengar ujung suara ketukan palu
Yang hingga akhirnya tak ada yang mau mengaku tentang siapa yang salah dan kalah
Dari pada berdebat demi martabat
Kenapa kita tak bersatu untuk memahat
Memahat batu yang bernama Indonesia
Untuk menjadi karya  yang disebut negeri madhani
Berdaulat, adil, makmur dan bahagia
Seperti gambaran surga yang terlintas dalam firman Tuhan
 
 
 
Juanda Ajisastro, Teknisi Jalan Tol Mojokerto-Kertosono.Menetap di Dsn. Santrean  Ds. Pesantren, Kec. Tembelang, Kab. Jombang (61452) , Jawa Timur. Email: juandamujur09@gmail.com
 

Terkini