Akulah Klausa, Jurang Terjalmu Tuan, Sajakku Padamu, dan 2 Puisi Lainnya

Ahad, 18 September 2016 | 05:39:34 WIB
Ilustrasi. (Antonio Basso/en.paperblog.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Akulah Klausa
 
Diantara rinai sayup hujan
Beribu bait mengalir lembut
Mengalunkan lantunan derai tangis yang diiringi dengan senyum
Aku tertusuk oleh debar panahmu
Yang membidikku dengan ribuan untai kata
Bukankah baik itu memang buruk?
Dan dengan itu pulalah aku terbentuk 
 
Aku hanyalah sepotong klausa dan tak lebih
Hanya subjek dan predikat
Itu saja, cukup
 
Bukan, aku bukanlah seekor merpati
Aku tidak dapat mengudara
Berjalanpun aku masih tertatih
Aku tidak pula putih jernih
Bahkan hitam, cenderung pekat
 
Aku hanya sebutir pasir diantara batu-batu terjalmu
Hanya sepotong puzzle yang tertumpuk diantara para legomu
 
Aku hanya lautan dangkal
Sedang kau, samudra yang tak berbatas
Kau begitu terjal diantara kedikdayaanmu, begitu dalam
Hingga jaring-jaringku tak dapat menangkapmu
 
Biarlah kau tak tergapai, biar
Bukan karna tak mampu, sama sekali bukan
 
Aku adalah sang klausa
Yang meski tetap berusaha menunggu objek
Yang entah kapan akan melengkapi
 
Jember, 14 Mei 2016
 
 
 
Jurang Terjalmu, Tuan
 
Terjerembab,
Jauh mengakar diantara jurang-jurang terjal
Mencengkeram erat entah sebatang ranting ataupun dahan
Dalam dan begitu sunyi
 
Entahlah, 
Aku kini telah siap menyusurimu
Melewati kelak dan kelok lekukan tubuh terjalmu
Meski kau begitu dalam
Hingga aku tak dapat menggapaimu
 
Aku terjebak Tuan,
Entah dimanakah sekarang
Begitu gelap, hingga menandingi pekatnya malam
Jatuh dalam tingginya angan untuk menyusurimu
 
Ribuan bait menghantam dadaku
Memasuki relung jantungku dalam setiap gerakan tariannya
Aku begitu takut, Tuan
Bagaimanakah bila bayangmu retak tertusuk olehnya?
Akankah hancur bersamaan dengan ribuan dari mereka yang menuju ke arahmu?
Biarkanlah saja semua itu
Benar begitu kan,Tuan?
Aku menanyaimu, Tuan
Hanya seulas senyuman yang kudapatkan
 
Otakku bertanya kepadaku,
Dan apa kabar hatiku yang selalu berantakan?
 
Jember, 28 Mei 2016
 
 
 
Sajakku Padamu
 
Kembali aku merindumu, Tuan
Berpulang kearahmu memanglah sangat membahagiakan
Menghirup aroma kopi yang kau seduh 
Mendengar nyanyian camar di pelataranmu
Dan mendengar lantunan puisi yang menjadi ritualmu kala matahari mulai memerah
 
Aku merindumu, Tuan
Selayaknya nelayan yang merindukan daratan
Menerka isyarat yang begitu sukar 
Meramalkan alam dalam segala keterbatasan
 
Aku terpenjara dalam setiap langkah kakiku
Dalam setiap jejak yang aku tapakkan, aku merapalmu
Menggenggam erat alunan nada yang kau dendangkan untukku
Berpangku dalam setiap hembus nafas aromamu
 
Benar TUAN, 
Sungguh.!! Aku merindumu
Merindukan segala rasa yang kau tuangkan dalam cangkir kopiku
Menegukkan aroma hujan yang kau abadikan dalam setiap sajak-sajakmu
 
Ketahuilah TUAN,
Aku bukanlah manusia perindu
Bukan pula manusia melankolis yang menjajakan kata rindu pada siapa saja
Aku hanya merindu akan dirimu, Tuan
Merindu pada sebait senja yang selalu kau selipkan untukku
Merindukan keseluruhanmu
Tanpa kecuali, 
Aku merindumu, cukup itu saja
 
Yogyakarta, 31 Agustus 2016
 
 
 
Sajak Si Jendela
 
Siapakah aku?
Kenapa aku ini aku?
Lalu bagaimana denganmu?
 
Aku diam
Dan kau membelakangiku
 
Benarkah ini aku?
Bagaimana pula dengan dirimu?
 
Kau berpaling kearahku
Tersenyum, menyejukkan 
 
Apakah aku ini? 
Dan siapakah kamu?
 
Tanganmu melambai
Mendekatiku 
Menyiratkan sinar bahagia
 
Mungkinkah aku ini aku?
Dan siapakah kamu?
 
Jelas ini memang aku
Yang siap menerimamu
 
Dan kamu adalah kamu
Sinar hangat yang selalu menembusku
 
Genteng, 27 Februari 2016
 
 
 
Sejenak, Mengingatmu, Hai Kasihku 
 
Dalam diam
Kuukir rangkaian kata
Kurajut benang berwarna
 
Mentari malam temani kesendirianku, tersenyum
Bintang yang berpijar pun tertawa
 
Mereka menghinaku
Menertawakan kebodohanku  
Biarlah, 
 
Sudut mataku tak lepas darimu
Memandang kepergianmu
 
Sayang, 
Semua hanya ilusi
Sedang aku tetap disini
Terpaku dalam bayangmu
 
 
 
Litalia Putri Cahyani. Lahir pada tanggal 22 Juli 1997. Sekarang ini saya bar saja menempuh perkuliahan di sebuah universitas yang berada di kawasan Yogyakarta, UGM. Saya tinggal bersama dengan kakek dan nenek saya di Dusun Krajan Desa Tapanrejo Kec. Muncar Kab. Banyuwangi. Namun sekarang saya indekos di daerah Yogyakarta, karena memanglah anak rantau. Hobby saya banyak, ada ini dan itu. Namun yang paling saya suka adalah ngetrip, namun tetap saja saya nggak pernah puas. Dan yang paling penting, selama masih berada Banyuwangi, saya aktif dalam mengikuti kegiatan relawan di Rumah Literasi Banyuwangi. Aneh ya, kok bukan menulis gitu? Mau bagaimana lagi, saya memang nggak terlalu suka menulis. Saya hanya terlalu suka berkhayal, dan saya ingin menuangkan khayalan saya ke dalam sebuah kanvas putih yang berangkaikan kata. Bagi yang ingin lebih mengenal saya, bisa melihat blog saya di www.jendelalitaliap.blogspot.co.id dan mengirim email ke litaliaputri@ymail.com. Jangan lupa  add facebook saya di Litalia Putri dan follow my instagram di @litaliap.
 

Terkini