Potret Suram Pendidikan di Negeriku, dan 2 Puisi Lainnya

Ahad, 18 September 2016 | 05:32:03 WIB
Ilustrasi. (Iabadiou Piko/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Potret Suram Pendidikan di Negeriku
 
Setiap pagi kau torehkan senyum dan menyapa
Kau limpahkan ilmu tiada tara
Kau lapangkan dada hadapi langkah-langkah yang tak teratur
Kau letih ?
Kau lelah ?
Kau bosan ?
Tentu tak pernah menyelinap dalam jiwamu
Saat kau menegur dan memberi nasehat
Mereka tak mendengar
Kenapa?
Wahai generasi penerus negeri ini
Kenapa kalian begitu kejam 
Membalas jasanya dengan air tuba
Tak ada lagi bilik hati untuk menghargai
Tak ada lagi angan seperti padi
Hanya ada potret suram dan kelam
Menoreh luka dunia pendidikan
Ilmu kalian abaikan dan etika kalian lupakan
Wahai generasi penerus negeri ini 
Bangunlah dari keangakuhan yang membelenggu
Jadilah kesatria muda yang berjiwa pancasila
Dan
Berbudi Pekerti
 
 
 
Tangisan Anak Bangsa di Penghujung Senja
 
Pagi yang indah kini menjadi kelam
Senja yang merona kini menjadi gelap
Malam penuh mimpi kini menjadi sepi
Harapan hidup kami telah melayang
Apa yang kalian mau ?
Kalian renggut kehormatan kami
Kalian rebut masa depan kami
Kalian tumpahkan ribuan tamparan
Kami hanya ingin tertawa
Kami hanya ingin bermimpi
Kami hanyalah seorang anak yang tak berdaya
Tolong.....lindungi kami
Gelas-gelas kebahagian kalian pecahkan
Air mata penderitaan kami bercucuran
Kalian tinggalkan lukisan siksaan di tubuh kami
Kami bagaikan daun kering yang tak berharga
Kami hanya bisa meronta diujung senja
Menangisi tingkah tak bermoral kalian
Sayangi kami....
Kasihi kami....
Sepeti senja yang menghantarkan malam
 
 
 
Harapan di Akhir Agustus
 
Aku hidup dihari ini bukan kemarin 
Ataupun esok...
Aku berdiri diantara batas persimpangan
Masa lalu dan masa depan
Di penghujung agustus hujan turun 
Mengguyur kisah semalam
Setetes demi setetes air harapan mengalir
Dalam ragaku
Tak satupun sepintas cahaya yang
Menyinari...
Bahkan aku tak menggenggam payung harapan
Disaat impian turun tak terbendung
Inginku teriakkan semua harapan
Mengurai kata yang tak tersampaikan
Berharap terbaca oleh derasnya hujan
Agustus berakhir seperkian jam lagi
Namun...
Perjuangan menggenggam harapan
Takkan berakhir di goresan pena ini 
 
 
 
Fatimah, anak kelima dari enam bersaudara. Saya dilahirkan sekitar 23 tahun yang lalu di Kabupaten Tanah Bumbu tepatnya pada tanggal 28 Januari 1993. Saya dilahirkan di keluarga yang sederhana. Saya mencoba menulis hal-hal menarik disekitar saya, dan ini merupakan pertama kalinya mengikuti lomba menulis. Saya harap ini adalah langkah awal dalam mengekplorasi hobi baru saya. E-mail: fatimah_alyusran@yahoo.com
 

Terkini