Yang Tak Tersampaikan, Menunggu Hanya Menunggu, Ingin Mencintainya

Ahad, 18 September 2016 | 05:13:33 WIB
Ilustrasi. (David Storey/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Yang Tak Tersampaikan
 
Kini penyesalan hadir kembali 
Dalam gundahnya hati 
Akan perasaan terdalam ini
Yang tak tersampaikan lewat akhir kata
Saat  kita diizinkan bersama 
Mulut membungkam tanpa suara
Hingga tahun menelannya perlahan 
 
Kenangan indah tercipta
Diantara sedikit waktu bersama
Memendam dinginnya rindu membeku
Yang tak tersampaikan lewat akhir,
Dari perbincangan diantara  kita 
Do’a kian menjadi api pelebur
Mencairkan lamanya beku rindu ini 
Hingga langit pun runtuhkan airnya ke bumi 
 
Bukan tak ingin kita bersama 
Di sini ku juga menanti hadirmu
Hingga puluhan senja sore terlewati
 
Berharap langkah kakimu menemuiku
Di detik akhir nafas hidupku
Yang tak sempat tersampaikan lewat isi
Bait-bait puisi tertuang tentangmu
Hingga debu menghapus jejak kita
 
Banyak cinta yang datang 
Mempesona dengan rayuannya 
Namun hati lebih memilih
Mendengar rayuan lantunan suaramu
Yang tak tersampaikan lewat nyanyianmu
Hingga perpisahan menemui kita
 
Jarak ini perlahan semakin jadi
Membuat kita saling menjauh
Akhirnya cinta yang baru
Sekejap memasuki hatimu
Mampu ikut membahagiakanmu
Mengganti setiap rasa yang dulu
Yang tak tersampaikan diantara hati
Hingga sang rembulan meninggalkan bintang
 
Mimpi ini mulai menjadi milikmu
Harapan nyata tiap malam tidurku
Dalam do’a sujudku meminta
Pada pemilik hatimu seutuhnya
Yang tak tersampaikan lewat diamku
Hingga hujan menceritakan semuanya
Namun tak satupun kau dengar akannya
 
Dan segala impianku adalah dirimu 
Yang tak tersampaikan lewat lagu 
Yang kau putar bersamaku
Hingga sebuah tempat yang kita lalui
Pudar dalam saksi bisu
 
Kini bila kau tahu semuanya
Akankah ada perjuanganmu kembali
Atau menjadikanmu lebih jauh lagi
Dari semua yang tak tersampaikan ini
 
Medan, 17.08.2016
 
 
 
Menunggu Hanya Menunggu
 
Menatap langit senja 
Angin meniupkan sejuknya
Saat sendiri melewati semua derita
Ingin rasanya berbagi cerita 
Namun hanya menjadi untaian semu
Pendaman dalam hati belaka
 
Selalu ada pengharapan 
Di setiap do’a dalam sujud malam
Akankah ada yang datang ke sini?
Menghadirkan kehangatan di sisi
Menjadi sahabat penyemangat hidup
Dalam berbagai terpaan ujian
 
Menunggu..
Apa harus hanya menunggu?
Kehadiran langkah kaki
Yang sampai kini tak terlihat
Yang berusaha memutuskan harapan
 
Menunggu..
Apa harus hanya menunggu?
Sampai keadaan berubah dengan sendirinya
Waktu berjuang menghapus jejak
Bayangan yang pernah disinari kerinduan
 
Menunggu hanya menunggu..
Saat dia terus mematahkan hati
Meruntuhkan segala rasa yang tersimpan lama
Hingga hati sakit ditancap panah
 
Menunggu hanya menunggu
Di sebuah perjalanan berlalu
Tanpa lelah,
Tanpa menyerah
Hingga bertemu dengan takdir
Yang selalu ditunggu setiap abadnya
 
Menunggu hanya menunggu
Di seberang laut menatap luas
Menunggu ikrar terucap tepat
Sepasang mata saling menatap
Menghapus segala kata menunggu
Berlabuh bersama selamanya
Atau kembali menunggu dan menunggu..
 
Medan, 24.08.2016
 
 
 
 
Ingin Mencintainya
 
Entah sejak kapan 
Entah dari mana datangnya
Debaran yang berbeda di jantung
Memompa semakin cepat
Setiap langkah kakinya hampir tiba
Setiap sapaan hangat kehadirannya
 
Dia menjadi isi dari tulisan sang pujangga
Namun akan kah ia mengerti?
Canda tawa bersamanya
Menciptakan suasana baru tak terlupa
Mengisi relung jiwa nan kosong
Menebar kasih diantara peduli
 
Menumbuh bibit kekuatan di hati
Menimbulkan ketulusan rasa
Menitip rindu-rindu tak berucap
Mengantung pada malam penuh bintang
 
Ingin mencintainya..
Itulah kata yang harusnya tertancap 
Dan mata memberi isyarat
namun akankah ia mengerti?
 
Ingin mencintainya..
Harapan dalam sebuah khayalan
Sadar kenyataan kan berbeda
disaat ia telah dimiliki
Disisi yang terbaik
Hanya bisa terdiam membeku
Tersenyum mendo’akan bahagianya
tak tau harus bahagia atau sedih
 
Ingin mencintainya..
tak ingin membalikkan rasa sakit 
Biarlah rasa ini terpendam di hati
Agar langkah tak salah 
Cukup sekedar pernyataan ingin 
Dan terasa dalam tersirat
 
Ingin mencintainya,
Biar melodi rasa yang bermain
Dan takdir yang menyatukan 
Dari tiap selipan do’a
Menjadi tangga tuk mencapainya
Cinta dititipkan oleh-Nya
Hingga tertuang di lembaran ini 
Dengan akhir ingin 
Dan ingin terus mencintainya
Akankah kata ingin berganti nyata?
Atau hanya tetap menjadi, 
Sebuah kata semu ingin untuknya..
Yang hanya bisa dipendam dalam hati 
 
Medan, 12.05.2016
 
 
 
Okti Nursuhaimah Lubis dilahirkan pada tanggal 21 oktober 1996 di Medan, Sumatera Utara. Umur saya 20 tahun di bulan oktober nanti, saya juga beragama islam. Saat ini saya tercatat sebagai seorang mahasiswi dari salah satu fakultas di Universitas Sumatera Utara yaitu Fakultas Kesehatan Masyarakat. Saya memiliki hobi menulis dan memotret. Saya tinggal di medan dan merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Kritik dan saran sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dan karya selanjutnya. Untuk itu kritik dan saran bisa disampaikan lewat email  oktinur18@gmail.com
 

Terkini