Balerina, Hilang dalam Terang, Tepukan Satu Hati, Kasihku Takdirmu, Berbagi Dunia

Ahad, 18 September 2016 | 03:59:39 WIB
Ilustrasi. (Leonid Afremov/paintingandframe.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Balerina
 
Melihat sosokmu gerak gemulai
Menapak tinggi di atas panggung bulan
Gelap, hanya dalam mimpi terkhayal
 
Pahamilah kaki burungmu
Tak selamanya kau mampu
Membawa beban dari semua luka
Memutarnya bersama tangan yang gembira
Bertumpu pada poros ketegakan
 
Beri aku kesempatan
Menyatu bersama sayap-sayapmu
Membumbunglah tinggi hingga di sana
Tempat yang bisa menyembuhkan luka
 
Emosimu jatuh di atas ruang gelap
Harapmu terukir dalam irama yang berderap
Memahamimu bukan perkara mudah
Cahaya bulan menunjukkanku makhluk terindah
 
Kepakkan sayapmu, menari bersama peri
Impian pada diri, tak akan bisa mati
 
 
 
Hilang Dalam Terang
 
Semua tersisa putih saat kembali membuka mata
Semua tersisa kabut diantara sebuah tanya
 
Sungai pelupuk mata mengalir
Sesal melahap, jernih jiwa takkan hadir
Cintamu mengajak berevolusi
Perubahan diri hingga tak ada yang kupeduli
Lalai akan adanya dikau, tak cuma aku
 
Tangan lesu tiada rengkuh
Kehilanganmu...
Terang ini, sepi ini memberiku energi
Mataku melihat, telingaku mendengar
Tetap saja mendekapmu susah terlalu
 
Kenangan terindah, mengapa harus dikau?
Pikirku jemu bertanya akan sesuatu
Hal yang indah mengapa berakhir jadi kenangan?
 
Mencarimu yang tak lagi bisa kulihat
Mendengarmu yang tak lagi bersuara
Sirna...
Menghujat diri yang penuh ketidaksempurnaan
Menangis raung mohon sebuah keajaiban
 
Aku terlupa...
Kebaikan Sang Pencipta
Aku lalai...
Dikau intan permata
Kini usai, tinggal sesal di diri
Sebab kau pergi
Hilang di dalam terang
 
 
 
Tepukan Satu Hati
 
Punggungmu memudar dari sudut pandangku
Memori air mata buatku bernostalgia
Kenangan yang tak bisa terlewatkan
Kau adalah gambaran masa lalu
Perwujudan kilas-kilas ingatan beku
 
Tiap detak jantungku adalah setiap mil engkau menjauh
Sepanjang malam aku menghitung dalam pilu
Merasakan diriku hingga kau benar-benar hilang
 
Lebih sakit dari hatiku yang kau genggam
Terhapuslah satu persatu beban kehidupan
 
Hari esok aku berjalan sendiri
Kehilangan cara mengikatmu di sini
Senyum yang kuberi teriring doa
Harap kita bisa bersama
 
Cinta bukan hukum aksi reaksi
Satu pihak tak apa-apa
Pesonamu mengubah seluruh jiwa
Semua berubah setelah kau hadir
Tapi tak kembali walau kau pergi
 
 
 
Kasihku Takdirmu
 
Kala setiap orang dicintai 
Hangat tercipta di antara jiwa
Makna kelembutan tanpa skala
 
Di hadapan air mata
Sinar cahaya memasuki kegelapan
Pencerahan akan suatu penderitaan
Berbanding lurus dengan kepedulian
 
Sedih sepi semua orang mengalami
Tempat penyembuh terus dicari
Untukmu, ada padaku
 
Jangan takut, usahlah ragu
Dinginnya genggamanmu tak sepadan hati
Balikkan tubuhmu dalam arti sebenarnya
Kan kurangkul, kualiri hangat kasih
 
Hukum dari sebuah takdir
Makin pendek usia, akan makin bermakna
Kasih yang tercurah setiap detiknya
 
Kubiarkan kau mengerti, coba tuk pahami
Kasih ini tak akan berhenti
 
 
 
Berbagi Dunia
 
Kemari, ayo semua
Berbagi sebuah alur mimpi
Waktu yang buat bahagia
Satu dunia, kita kan jadi
 
Kala tersesat di alam buta
Pecahkan misteri dengan meraba
Melangkahlah ke arah mimpi
Rasakan irama memandu mulai
 
Kita, ya, kau dan aku
Langit ketujuh pasti tersentuh
Terlupa berapa kali kita terjatuh
 
Kini, ayo lampaui
Percaya hari esok kita pijaki
Berkejaran di atas cincin neptunus
Tubuh penuh emosi, ambisi
Senang, bebas, tanpa batas
 
Kemarilah kau, kita berbagi mimpi
Waktu bahagia untuk tertawa
Dunia ini milik kita
 
(Semarang, Agustus 2016)
 
 
 
Diah Eka Noviani, lahir pada 17 November 1998. Sejujurnya saya suka menulis, namun writer block sering membuat saya gagal menuntaskan satu karya. Kali ini saya mencoba dengan beberapa puisi. Semoga para pembaca menangkap inti dari karya saya, bisa juga menghubungi saya lewat email diah_noviani1711@yahoo.co.id
 

Terkini