Bertamu, Insomnia, Tembang Perjalanan, Katarsis

Ahad, 18 September 2016 | 01:37:49 WIB
Ilustrasi. (Ginette Callaway/ginettecallaway.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Bertamu
 
aku masuki rumahmu:
                            dinding-dinding sejarah memajang lukisan airmatamu yang keruh.
                            lantai keramik yang lelah memendam abu waktu pun retak,
                            bergemeretak seperti tergagap melantunkan syair perkabungan.
 
aku masuki rumahmu:
                            lorong-lorong gulita memantulkan lolong-lolong sunyi yang mengaduh,
                            bersumber dari kolong-kolong mimpi. jendela kaca berlumut terkatup,
                            sebab ruangan terlalu bosan memandang mendung yang bergelayut
                            di langit murung.
 
                  di sini tak kutemukan siluet matahari, 
                  karena itu kunyalakan sebatang lilin
                  sambil menata langkah di lantai licin.
 
“Assalamu’alaikum!”
 
Banjarmasin, 21 Agustus 2016
 
 
 
Insomnia
 
00:00 menyergap sunyi jarum jam
derik jangkrik menyinggahi malam resahmu
 
agaknya malam ini insomnia datang bertamu:
kau rasakan juga hawa dingin
yang tiba-tiba menyerbu, bersamaan
dengan tap-tap tapak kaki di luar kamar.
lalu kau tatap pintu terkunci itu:
“siapa yang menggetarkan grendel beku?”
 
agaknya ia berhenti melangkah dan
berdiam di muka pintu. kau dengar jua 
desah nafasnya bagai menyebut namamu.
 
“kalau begitu siapa yang daritadi
begitu iseng mengetuk kaca jendela
sehingga cicak-cicak itu berlarian
ke balik meja!?”
 
tubuhmu pun gemetar, 
tak kau tatap lagi pintu itu
sambil bersembunyi ke balik selimut.
 
tapi adakah kau rasakan jemari gaibnya 
kini tengah menerobos selimut:
ia coba membelai tubuhmu 
dengan sentuhan paling lembut.
 
 
Banjarmasin, 22 Agustus 2016
 
 
 
Tembang Perjalanan
 
kuda-kuda berlari menerbangkan debu
berderap seperti denyut lagumu menafasi rumput layu
ke arah utara mereka berlari
menuju kandang musim semi
 
kuda-kuda berlari meniti jalan berduri,
cadas-cadas rindu, lumut-lumut waktu
berderap, seperti simfoni yang kau tabuh pada sunyi batu
 
“nanti nadamu tak lagi kerontang, sayang
di utara: sendang terbentang!”
 
ah, kuda-kuda masih terus berlari
memanggul letih kita
di depan mata: rute takdir, tikungan mimpi
di atas kepala: dahaga kemarau, segumpal matahari
 
Banjarmasin, 10:46   8 Agustus 2016
 
 
 
Katarsis
 
bayi yang terkubur dalam lumpur itu
tadi pagi tiba-tiba bangun
lalu menangis
memanggil ruh kupu-kupu
yang tak lagi berdiang 
di mimpinya yang gigil
 
lalu seorang nenek tua
mendendangkan nina bobo kepadanya
sembari memberinya minuman embun
yang menitik dari pucuk mendung
 
dan ketika bayi itu kembali lelap
tubuhnya dibenamkan kembali
ke dalam lumpur pekat
 
“kini biarlah ia yang mendiami kuburku,
aku masih betah menjadi bocah ingusan,”
gumam nenek tua
sambil tangannya terulur meraba udara
mencoba menangkap ruh kupu-kupu 
yang beterbangan ke garis bianglala
 
Banjarmasin, 29 Maret 2016
 
 
 
Nur Ahmad Fauzi FM (nama pena dari Ahmad Fauzi), lahir di Banjarmasin pada 28 Juni 1999. Bersekolah di SMA Negeri 1 Banjarmasin. Penggemar lagu-lagu Man With A Mission dan  Fear, and Loathing in Las Vegas ini dapat dihubungi via facebook: Ahmad Fauzy Mwam Falilv.
 

Terkini