45, Hujan, Tentangmu, Gadis, Duka

Sabtu, 17 September 2016 | 05:45:40 WIB
Ilustrasi. (Guenevere Schwien/fineartamerica.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
45
 
Jari – jari mungil mulai menggelitik
Antara tanah – tanah ber – anarki
Mata – mata kecil lantas menyapa
Sorot – sorot tajam membuta.
Tanah tandus membasah
Peluh – peluh pertumpahan
Merah putih dalam cengkraman
Memaku segala kekuatan.
Disini,,,tanah anarki
Jari – jari kecil penuh 45
Pahit tak jadi rasa
Manis tak terpeduli.
Jari – jari kecil tak rasa lemah
Hati yang bertopang yakin
Sebuah merah putih jadi kanvas memori
Saksi bisu sebuah peluh yang berpejuang.
 
45 yang tak menyamai
Hilir mudik terbawa detak waktu
Namun, jiwa sama
Peluh yang berpejuang akan merah putih.
 
Rabu, 30 Agustus 2016
@Agustya
 
 
 
Hujan
 
Pagi ini,
Kuhirup harum ampo
Bukti tanah – tanah basah
Berderu antara bisingan hujan.
Kulirik rintikan,
Menyiratkan sebuah kisah rindu
Terlukis antara kanvas – kanvas hidup.
Terbersit detik itu,
Kala aku tak lagi beradu,
Berdiam dalam remang,
Lantas hilang tertendang.
 
Sekilas, senyumku mencuat
Berdering merintihkan suka
Namun, berasa tertusuk tombak
Yang menggulungkan ribuan kilo harapan
Menciut sedetik itu.
Kala gurih – gurih yang bermanis dalam bibir
Ucap yang tak ingin kuhirup.
 
Hujan ini,
Aku disudutkan pada berkasmu
Ingatkah kau kala aku meniup indah sirat matamu?
Kau menyuguhkan senyum manis 
Namun, terasa pahit kala ini.
 
Dalam rintik ini,
Kujulurkan segalanya,
Biarkan riaknya mengalir bersama
Hanyut dalam deruan waktu.
Lenyap dalam sirat mata,
Juga likuan rasa.
Selamat tinggal berkas – berkas lalu.
 
Rabu, 30 Agustus 2016
@Agustya
 
 
 
Tentangmu
 
Jiwaku yang berdesir,
Membawamu mengolah fatamorgana
Dalam diri yang terombang ambing,
Aku mengikuti.
Imajinasi terus mengekori
Jiwa – jiwa yang penuh ambigu
Rasa bahagia kala itu.
Aku yang bersemayam dalam kisahmu.
 
Detik terus berganti,
Membawa palung – palung berparas indah samudra,
Jatuh namun mati rasa,
Sakit namun berbahagia.
Menipu? Atau tertipu ?
Entahlah, kala itu senyummu yang jadi manis hidupku.
Tak peduli cicak – cicak yang berdempel di dinding – dinding kita,
Saling beradu dan mengocek sorot – sorot mata kita.
Seakan senyum namun bersirat kesinisan.
Benci ? ?? tidak.....
Aku nikmati kala itu,
Namun, kini rintih sakitku berdalih rindu...
Kala mata tak lagi berbias khayal,,,
Kala jiwa tak lagi terbangun dari sayap – sayap mimpi,
 
Rabu, 30 Agustus 2016
@Agustya
 
 
 
Gadis
 
Langkah kaki menyusur ribuan kilo
Berjajar bukit – bukit berparas cantik
Berdinding kaca
Dan beradu dalam cakar langit.
Detik berhenti,
Mata yang berjurus pada satu sudut.
Lengkung – lengkung manis tergores dalam indah senyum
Jernih yang mengerling tiap kedip mata itu
Merah yang berhias dalam kulit – kulit beradu pipi.
Itulah,,,,gadisku,,,
 
Dalam jarak yang tak bersatu,
Kusimpan rindu dalam riak hati
Kagum yang mengalir dalam ombak nadi,
Ooohhhhh,,,,,gadisku,,,
Aku ingin meraih indahmu
Mengikis habis rindu yang menjemu
Dalam urat – urat syarafku.
Jadilah engkau dalam dongengku,
Antara pangeran beradu mimpi
Menemu dalam anugrah bersatu nyawa,
 
Pangeranmu yang tak berkuda
Dalam desah yang meragu
Aku hanya berilusi
Akan gadisku,,
Yang berseri.
 
Rabu, 30 Agustus 2016
@Agustya
 
 
 
Duka
 
Peluh – peluh mengucur dalam deras dahi
Telapak – telapak kasar mengelap dalam haus
Terik mengusik raga – raga yang berduka
Namun, kalah dengan 45 nya.
 
Dalam garis matanya
Membuka cakrawala dunia
Dimana senyum – senyum berjejer di balik dinding
Dimana jari – jari mungil menanti
Sebungkus kehidupan dalam rupa kelezatan.
 
Dipojokan bergelimang kuda – kuda kehidupan,
Berpadu peluh terik juga gelap,
Sedang disana, terbujur tikus – tikus yang menggemuk
Mengikis kantong – kantong tak berpenghuni
Namun, bernama.
 
Rabu, 30 Agustus 2016
@Agustya
 
 
 
Dwi Agustia Ningsih, lahir 30 Agustus 1992. namun, aku sering memakai nama Agustya pada tulisan – tulisan pribadiku. Mimpiku adalah menjadi seorang penulis profesional. Meski sekarang aku masih belum bisa menelurkan sebuah karya, namun aku selalu optimis dan terus berlatih. Sekarang aku berdomisili di Taiwan. Disela – sela pekerjaanku, aku selalu menyempatkan diri untuk terus menulis. Blog dan akun sosial media jadi sarana buatku. Ada beberapa cermen dan puisi  yang aku buat sendiri. Silahkan berkunjung di blog saya http://agustyadwi.blogspot.tw/ Atau sekedar mampir di Facebook saya https://www.facebook.com/dwi.agustya.399 
 

Terkini