Hujan dan Rindu, Menanti dalam Doa, Lantunan Harap, Manusia-manusia Sastra

Sabtu, 17 September 2016 | 04:04:45 WIB
Ilustrasi. (Guild Show/artmyrtlebeach.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Hujan dan Rindu
 
Hujan datang lebih awal
Seakan tak sabar melepas rindu
Seakan tak sabar ingin mendekap sang tanah
Yang kehangatannya berbuah nikmat
 
Andai hujan dapat berujar
Sebait puisi mungkin terlontar
Puisi dari kerinduan yang telah berkobar
 
Ah, hujan dan rindu
Saling terhubung, tak terpisahkan
Manusia yang tak bosan menatap hujan
Manusia yang tak sabar menanti hujan
Pastilah Ia tengah didera rindu tak berkesudahan
 
Hujan memang indah
Tak ada yang tak suka hujan
Tanah menguarkan harum kerinduan
Saat Ia berjumpa dengan sang hujan
Terima kasih Tuhan atas hujan yang kau ciptakan
Dari aku, hamba-Mu yang mencintai hujan
 
 
 
Menanti dalam Doa
 
Wahai diri, janganlah lelah menanti
Karena kelak akan tiba masanya
Kala doa tak lagi menjadi mimpi
Dan keinginan menjadi nyata
 
Sabarmu buahkan nikmat
Nikmat hidup tiada terkira
Penantian yang tak sia-sia
Buah hasil sebait aksara doa
 
Kawan, menunggu itu indah
Jangan lupa kau sertakan doa
Agar dipermudah langkah menuju ke sana
Karena Tuhan selalu tahu doa hamba-Nya
 
 
 
Lantunan Harap
 
Ribuan aksara meluncur bagai hujan di panasnya kemarau
Janjikan perubahan untuk semua
Dengan mudahnya kau rayu kami, Tuan
Segala harapan dengan angan-angan
 
Namun, tiba-tiba kau pergi
Beranjak dari keyakinan kami akan dirimu
Janji hanya tinggal janji
Menggantung bagai dedaunan tak bertuan
Pada pohon-pohon harapan yang belum lama kau tanam
 
Ke mana aksara indahmu, Tuan?
Tak lagi ingatkah kau akan lantunan harapmu dahulu?
Biarlah, kini kami tak lagi peduli
Tak perlu kau kembali
Cukup Tuhan membuka hatimu saja, cukup.
 
 
 
Manusia-manusia Sastra
 
Gemerlap bintang hujani langit malam
Temani sang bulan di samudera langit temaram
Terbingkai indah, elok dipandang
Inspirasi bagi para manusia sastra
 
Jutaan aksara mengerubung dalam benak
Tergurat indah di atas putih bersihnya kertas
Indah rima juga diksinya terurai rapi
Karya sastra ciptaan anak manusia
 
Tumpahan rasa di hati
Tertuang bebas dalam puisi
Terurai dalam ragam sajak
Terangkai indah bagai bungan dalam kuntumnya
 
Manusia sastra lah penciptanya
Manusia kaya aksara lah pembuatnya
 
 
 
Syarifah Aulia. Biasa dipanggil Syarifah atau Syari. Lahir di Jakarta, 2 Maret 1997. Saya berdomisili di Jakarta Selatan. Saat ini saya tengah duduk di semester 3 jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedari kecil saya sudah suka membaca segala macam bacaan mulai dari novel, cerpen, atau sekedar bacaan di majalah-majalah. Saya juga suka membuat puisi walaupun belum sebagus penyair handal. Saya bersemangat sekali saat tahu ada perlombaan cipta puisi. Saya juga suka mengikuti lomba puisi  di media sosial twitter. Apabila berkenan dapat dilihat di akun twitter saya @syarifaauliaa. 
 

Terkini