Tumpah Darah Pahlawanku, Sang Penggadai Idealisme, dan 3 Puisi Lainnya

Sabtu, 17 September 2016 | 03:58:03 WIB
Ilustrasi. (Tracy Clark/saatchiart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Tumpah Darah Pahlawanku
 
Aku  takkan bisa merasakan semua
Semua yang engkau lakukan
Aku hanya bisa membayangkan
Tiap darah yang engkau teteskan 
Demi nusa dan bangsamu
Indonesia…
 
Engkau memberi kemerdekaan, kami menjajah kemerdekaan itu
Engkau memberi kebebasan, kami salah gunakan kebebasan itu
Engkau memberi darahmu, kami seolah tak peduli dengan itu
Engkau sibuk berjuang, kami tidak tau apa yang harus diperjuangkan
 
Kini tak ada lagi semangatmu
Tak ada lagi perjuanganmu
Nasionalisme seakan mati
Persatuan seakan pudar
 
Mungkin kami terlalu manja
Ataukah keadaan yang memuat kami manja
Kami bersaudara tapi berbeda
Kami satu bangsa tapi buang muka
 
Hilang sudah semangat sumpah pemuda
Tak ada lagi nilai pancasila
Setiap kisah perjuanganmu seolah legenda
Pengantar lelap anak cucumu di saat lelah
 
 
 
Sang Penggadai Idealisme
 
Hay, kau yang teriak menantang badai
Sadarlah !!! kau hanya kucing kecil
Tak layak terlihat di mata sang singa
Pengemis daging sisa dari penguasa
 
Hay kau yang tampak idealis
Retorika dengan pandangan kritis
Sungguh fikirmu tak selamanya realistis
Kadang tuk hidup memang harus pragmatis
 
Santai saja kawan !!!
Nikmati dulu sebatang tembakau itu
Rasakan dulu kopi pekat ini
Dan mulai lagi khayalan abstrak tak jelasmu
 
Pandanganmu tak laku dalam politik kawan
Karena kau terlalu normatif tak berfikir positif
Jangan sok suci dan terlalu naïf
Culaslah sedikit melawan mereka
 
Gadaikan saja idealismemu kawan
Gadaikan dengan kekuasaan dan sebungkus rokok
Jadilah penjilat kaum kapitalis itu
kemudian hancurkan, bunuh dan binasakan
untuk memulai hidup yang kau inginkan
 
 
 
Coretan Malam
 
Duhai pencipta cinta
Dekaplah aku dengan kasih-Mu
Hingga tak ada lagi penghalang tuk satukan kita
Biarlah insan  terlena dalam mimpi palsu
Bahkan pintu-pintu kenikmatan pun tertutup 
Tetapi rembulan dan bintang setia memuja-Mu
Wahai penguasa cinta
Sepanjang malam aku mencari-Mu
Menunggu dengan sedikit dosa di tanganku
Akankah sujud malamku Kau terima
Hingga aku boleh meminta sedikit kebahagiaan
Ataukah Kau menolaknya
Sampai-sampai pasukan kegelisaan
Begitu tega merusak indah senyuman
Tapi tak mengapa, karena inilah aku
Bahkan andai Engkau tak sudih menyapa
Ku takkan pergi berlalu
Karena kasihku pada-Mu seluruh qalbu
 
 
 
Kegelisahan Pengemis Tau
 
Kata tanpa menghadirkan makna
Hening hanya membawa tanya
Mendengar angin bisu bercerita
Tentang mimpi mencoba tuk nyata
 
Gejolak fikir melawan logika
Tuk menerangi gelap cakrawala
Menindas idea sang penguasa
Khalifah sangar bertangan baja
 
Ikhlaskah senyum anda tuan
Sucikah niat anda tuan
Bersihkah hati anda tuan
Benarkah perkataan anda tuan
 
Sungguh kemunafikan tak tampak oleh mata
Berhias emas terbungkus permata
Kesenangan sesaat rakyat jelata
Harapan kosong pengemis tua
 
Dan akhirnya waktulah yang berbicara
Saat seni tak lagi menewarkan indah
Fajar tak lagi segar terasa
Udara sesak bau hina
 
 
 
Anggur Merah
 
Kutekuk kesekian kali air yang kau anggap hina
Dipetak remang tanpa bising janji palsu
Gumpalan asap perihkan mata yang telah mati rasa
Akan masa depan, optimisme, dan daya juang
Salahkah kami Tuanku 
Mempertanyakan keadilan itu
Ataukah kami yang belum menikmati keadilan Mu
Jika iya, jelaskan kepada kami keadilan yang Kau banggakan
Yang kami tau ketidakadilan ini adalah keadilan Mu
Perih ini adalah tontonan buatmu
Mungkin kau terbahak atas semua ini
Tak apalah karena Kaulah dalang kami
Tapi, izinkan kami membalas sedikit kehendak Mu
Bukan karena benci atau melawan Mu
Hanya ingin mengartikan keadilan itu menurut kami sendiri
Sungguh perbedaan tak membuat Mu lemah
Sungguh sedikit penolakan tak membuat Mu rendah
Kami cinta pada Mu dengan cara kami
Cara yang Kau anggap menyimpang
Tapi bukankah Tuan itu maha segalanya ?
Maka terimalah cinta kami
Dalam segelas ANGGUR MERAH
 
 
 
Abdul Halim. Lahir di Lakawali, April 19, 2016. Menetap di Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Email: abdulhalim87@ymail.com 
 

Terkini