Pesan Tuhan, Arahku Tujuanku Kamu, Rusaknya Negeriku, dan 2 Puisi Lainnya

Sabtu, 17 September 2016 | 03:20:28 WIB
Ilustrasi. (Carol Schiff/dailypainters.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Pesan Tuhan
 
Langit begitu cerah
Awan menyelimuti panas
Angin berhembus lembut
Perlahan menusuk kalbu
Betapa bahagianya dunia ini
 
Tiba-tiba awan menghitam
Mentari meredup
Langit pun meneteskan air mata nya
Membasahi bumi yang kering
Alam bersedih melihat dunia ini
 
Manusia yang jahil
Dengan serakahnya mereka mengambil
Tanpa henti terus mengambil
Demi egonya mereka mengambil
Tak pernah puas mereka terus mengambil
 
Bumi bergetar
Langit bergemuruh
Petir menyambar
Topan menghempaskan
Air menenggelamkan
Kedamaian telah hilang
Bumi memerah
Bukan karna tersipu malu
Namun penuh darah
 
Sadarkah kalian
Apa yang Dia sampaikan
Sebelum semua Ia ambil kembali
 
Hidayat DK. 2016. Pesan Tuhan. Bogor
 
 
 
Arahku, Tujuanku, Kamu
 
Langkah kaki terus menjauh
Melaangkah ke tempat yang tak ku tahu
Meninggalkan semua kengan yang ada
Dimanakah aku berada?  siapa mereka?
 
Demi menggapai cita, aku pergi
Demi menggapai mu, aku berjanji
Tak ingin ku kalah
Tak ingin ku menyerah
 
Ingin ku, kau menganggapku
Ingin ku, kau mengakui ku
Ingin ku, kita tuliskan bersama
Melanjutkan semua kisah yang ku tinggal bersamamu
 
Hidayat DK. 2016. Arahku,Tujuanku, Kamu. Bogor
 
 
 
Rusaknya Negeriku
 
Dahulu mereka begitu dihargai
Dahulu mereka begitu disayangi
Dahulu mereka begitu berarti
Dahulu mereka begitu…..
 
Kini zaman telah berubah
Hanya dalam beberapa tahun dunia berubah
Teknologi memang mempercepat
Membuat mereka begitu terlena
 
Banyak budaya di tingggal karena nya
Banyak kebiasaan dirubah olehnya
Banyak anak-anak yang menjadi pecandu nya
Banyak hal baik dan buruk darinya
 
Sistem pendidikan berubah
Mereka yang dulu dihormati
Kini tak lagi ada yang peduli
Memperlakukannya seenak hati
 
Jasanya sudah tak berarti
Banyak hukum yang melindungi
Namun pangkat dan jabatan yang menghukum
Bukan hukum yang tertulis
 
Masa depan akan seperti apa
Jika semua tetap seperti ini
Atau bahkan bisa lebih parah
Hukum hanya akan menjadi alasan
 
Akankah negeri kita bertahan
Menghadapi kehancurannya
Akankah negeri kita bertahan
Karena hilangnya tata krama
 
 
Hidayat DK. 2016. Rusaknya Negeriku. Bogor
 
 
 
Jangan Takut, Katakanlah Merdeka
 
Tujuh puluh satu tahun sudah berlalu
Sejak negara ini berperang
Tujuh puluh satu tahun sudah berlalu
Sejak negara ini mulai dijajah
 
Benarkah negara ini sudah merdeka
Benarkah negara ini sudah bebas
Benarkah ……
Benarkah semua ini
 
Rakyat miskin tersebar di negeri ini
Kesenjangan masih terjadi dimana-mana
Petinggi negeri yang tamak dan rakus
Yang tak pernah memikirkan rakyatnya
 
Ekonomi kita masih di jajah
Sumber daya alam kita masih di jajah
Sistem negeri ini pun masih di jajah
 
Bagaimana nasib kami
Rakyat yang tak pernah kau lihat
Wahai petinggi negeri
Kau bilang kau akan memakmurkan kami
Dimana amanahmu
 
Wahai intelektual muda
Wahai penerus negeri
Bangkitlah lawanlah jangan menyerah
Negeri ini milikmu bukan mereka
Jangan takut, katakanlah merdeka
 
Hidayat DK. 2016. Jangan Takut, Katakanlah Merdeka. Bogor
 
 
 
Pertanian dan Kebuayaan
 
Hijau sejuk damai
Burung-burung bernyanyi
Ditemani alunan seruling bambu
Dibawah saung bambu
Tok tok tok tok tok
Suara lembung padi di pagi buta
Masihkah mereka terdengar
Betapa terjaganya alam saat itu
Yang kini jarang terdengar
Pertanianku telah melupakan budayanya
Pertanianku telah berubah sesuai zaman
Namun mengapa ku merindukan mereka
Suara indah yang kini tak terdengar
 
Hidayat DK. 2016. Pertanian dan kebudayaan. Bogor
 
 
 
Dede Kurnia Hidayat. Saya lahir di Bogor pada tanggal 4 april 1997. Saat ini saya sedang menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Saya baru masuk tingkat dua di departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian. Alamat saya saat ini di Pura Bojonggede Blok N2 No.1. Kegiatan saya di luar pendidikan saya mengikuti pencak silat Merpati Putih dan aktif di Karang Taruna.
 

Terkini