PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Melayu Tanah Airku
Aku disini
Mencoba lukiskan
Tanah tercinta, tanah melayuku
Negeri membentang di tengah pulau sumatera
Walau ku eja negeri nan kulewati
Melayu jualah nan di jiwa
Ku tahu lima saudagar bugis
Terdampar di lingga
Merangkai biduk di penyengat
Merona di kesunyian kata
Melayu merona kata
Ku tatap lanskap nusantara
Disana, melayu meliuk-liuk memandang
Adat resam di tegakkan
Kalimat syahadat di naungan
Ada pahalam pengikat jiwa
Melayu bersarang jua.
Sajauh-jauh kaki melangkah
Di ranah melayu di hentakkan
Manakala talah tertinggal tanah nusantara
Melayu melekat dalam jiwa
Melayu, tanah airku
Pekanbaru, agustus 2916
Pemuda Indonesia
Ketika kuraba tanah melayu
Melaju merasuk hingga daku meringis
Tanah kucinta, terbengkalai tutur...
Gagu untukku berucap
Tanah bungkam lesap kata
Negeri, di tanah timur bumi
Negeri kaya di tenggara asia
Ku persembahkan lengan pemuda
Agar bung Karno tak larut kecewa
Berujar, ‘kita gemparkan dunia’
Negeri, tirani kejam mrnjajah
KKN tumbuh pesat di metropolitan
Merembes sampai kekelurahan
Untukmu negeri...
Kuhaturkan raga pemuda perkasa
Tangan suci berlandaskan ilmu
Untukmu negeri
Pemuda negeri dari jagat sabang-merauke
Hadir untuk perubahan
Bangkit dari keterpurukan, demi...
Indonesia jaya
Telukkuantan, 21 Juni 2016
Nyanyian Pilu
Nanyian pilu si bulu semerbak
Hinggap dari ranting ke ranting
Dahan kisah senja dari jingga ke kelam
Mendayu alunan resah, sesak ...
Matanya sendu, menatap lanskap
Lihat kebawah, gersang
Lihat ke atas, meregang
Sekejap luluh di makan rayap
Rayap berteman kepala hitam
Ia menangis lirih dalam pangkuan ibu pertiwi
Menangis tersedu
Si Damar lelah
Si Cemara lunglai
Si Pinus terbaring
Si pengkisah kandas harap
Telah kau lihat dunia
Jagat gersang berceceran dari bukit barisan
Membentang menhunus raga
Telah termakan kutuk tuhan
Murka karena alam,
Alam telah hancur,
Tercabik ganasnya ulah tangan,
Tangan-tangan manusia
Nanyiaaaan pilu si bulu semeberbak nan kusam
Setia bertengger di dahan
Dengan harap menopang dagu
Dengar kata di sela harap
Hijaukan ...
Hijaukan...
Hijaukan... hutanku
Jangan biarkan hancur !
Telukkuantan, 20 Juli 2016
Tujuh Satu Indonesia
kulihat sinar mentari pagi
menerpa hijau dedaunan
menyapa kibasan belaian pelepah
menuai senyum di sela negeri
dari sabang sampai merauke
kulihat birunya samudra
mengilau di hamparan jagat
kilauan dirgantara indonesia
menyambut fajar hari ini
tujuh satu dalam dada
tujuh satu menjiwa
telah merdeka dari penjajah
merah putih telah berkibar
sudah tujuh satu
ada yang tersirat dalam tujuh satu
telah berpuluh namun masih terjajah
terjajah dalam hidup nan kau tak sadari
bapak-bapak
ibu-ibu
anak-anak
mereka tak sadar
kita masih terjajah
indonesia, tujuh satu
indonesia tercinta
hidup berlandaskan pancasila
garuda lambang keperkasaan negara
kita menuju satu indonesia
sudah tujuh satu
ayo yang muda bangkit
kita harus maju didepan
melangkah dalam kemilau
menuju indonesia emas.
Mimpi Buruk Kemenangan
Aku bersua di tengah malam
Tentang mimpi yang membuatku sesak
Mimpi kemenangan
Namun hancur
Koyak recai
Karena, aku lupa
Karena, aku sombong
Itu, karunia allah
Aku lalu berjalan tergagap
Tanganku telah memegang tropi
Sakuku telah penuh
Pujian menerbangkanku
Tapi, aku mati dalam kesengsaraan
Satu tepukan membuatku jatuh
Apalagi dari ratusan ?
Aku lalai dalam gempita
Hingga syukur tak pernah ku ucap
Lalu terduduk di pojok sana
Kemenangan dalam kejatuhanku
Telukkuantan, agustus 2016
Fhisilmi Kaffah Anwar lahir di serosah, 13 Juni 1999. Ia tinggal di kota Telukkuantan tepatnya di asrama putri SMAN PINTAR kuantan singingi. Ia kelas XII IPA yang hobi dan aktif di bidang kepenulisan. Ia pernah meraih juara 1 cipta puisi tingkat SMA se-Riau, karyanya sering terbit di koran, ia juga meraih beberapa juara di even cipta puisi termasuk juara 5 naskah terbaik festival sastra UGM, ia juga mewakili kuantan singingi dalam FLS2N Riau juli mendatang. Karyanya sering terbit di berbagamedia masa. Ia dapat dihubungi email : fhisilmi.anwar@gmail.com