Koruptor, Kegelapan di Kota yang Gemerlap, dan 3 Puisi Lainnya

Jumat, 16 September 2016 | 05:16:42 WIB
Ilustrasi. (Tony Taj/tonytaj.blogspot.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Koruptor
 
Kau bukan penjajah dari negeri sebrang
Kau bukan penguntit dari negeri sebrang
Ini tanah dan air mu, berstatus di negara kami
INDONESIA
Tapi kau wahai para Koruptor
Sesunguhnya tersirat kau menjajah kami
Bukan hanya merampas harta kami
Kau wahai para Koruptor
Senyuman ini bahkan kau rampas 
Kau tertawa sangat lepas seperti terbang di awan yang selembut sutra
Hanya dengan duduk bersantai di singahsana mu, semua materi dengan sendirinya datang
Apakah kami yang bodoh ?
Kau wahai para Koruptor
Setara sudah kedudukan mu dengan setan
Membuat penderitaan, membuat kekacauan
Hah tapi kau dengan mudahnya tersenyum tanpa merasa banyak dosa yang membebani mu
 
Jakarta, 2016
 
 
 
Kegelapan di Kota yang Gemerlap
 
Tidak seperti yang dibayangkan oleh mu
Menghampiri ku tanpa tujuan, tanpa tempat kau berlindung, tanpa pekerjaan
Mereka bilang aku ini kejam
Ini bukan lah salah dari ku
Merekalah kurcaci kurcaci yang membuat kegemerlapan, kemewahan yang membuatku kejam
Kalian yang menghampiriku datang dari temanku, luar kota
Bukankah kau lihat ?
Aku adalah kota yang kau hampiri sangat terlihat kontras bukan?
Satu sisi ku, aku amat sangat terang hingga milyaran bintangpun termakan oleh cahaya ku 
Tapi disisi lain ku, kau bahkan hanya sangat ingin melihat bintang untuk menahan lapar dan kedinginan yang dirasakan oleh mu, kenyataannya tak bisa
Lihat lah apa bayangan mu seperti ini? 
Tentu tidak, aku yakini itu
Kau ingin seperti para kurcaci itu?
Jika kau menyerah akan dirimu, kau akan lebih kecil dari kurcaci
 
Jakarta, 2016
 
 
 
Yang Kuasa dan Maha Besar
 
Kau yang Kuasa dan Maha Besar 
Mengirim ku ke tempat antah berantah
Yang aku sendiripun tak tahu tepatnya dimana keberadaan ku ini
Apa itu?
Mejulang tinggi menyentuh suatu gumpalan yang putih dan terlihat halus
Dan itu, apa itu?
Berwarna sangat cerah, menyilaukan, dan terasa hangat 
Sangat catik, berlatar sesuatu yang membentang luas dan cerah juga
Keindahan apa ini? 
Dan itu, apa itu?
Dia bisa melayang bebasnya menuju sesuatu yang tinggi namun tak setinggi yang sebelumya
Berjalan dengan sesuatu yang bisa ku gerakan sendiri, keajaiban , benarkah diriku ini?
Ada sesuatu yang tak terlihat, namun rasanya sangat melegakan dan menyejukan
Tapi siapa mereka? 
Kau yang Kuasa dan Maha Besar 
Ajarkanlah diriku yang bodoh ini, tak satu pun hal yang kutahu
Beritahu aku siapa dia? dia dan dia yang lainnya
Apakah diriku harus mencari sesuatu disini? Apa yang harus kutuju? 
Kurasa, hal yang pertama harus kulakukan adalah….
Mencari tahu…. siapa aku sebenarnya
 
Jakarta, 2016
 
 
 
Tetaplah seperti Bulan dan Matahari
 
Tak terhitung detik dan kilometer yang telah kita jelajahi bersama
Tak bosannya mataku memandang salah satu ciptaan Tuhan yang indah
Tak bisa aku ungkapkan hal itu pada mu Bulan ku
Ya … Kau Bulan ku 
Memberikan cahaya dalam kegelapan hidup ku
Menemaniku setiap angin malam terus menusuk diriku
Tak bisa aku ungkapkan hal itu pada mu Bulan ku
Jika ku ungkapkan,indahnya, aku akan jadi bintang mu 
Yang akan selalu berdampingan dengan mu dan bercahaya bersama
Buruknya, aku tak akan jadi Bintang maupun Matahari mu 
Jadi tetaplah seperti Bulan dan Matahari
Saling melengkapi
Namun tak akan pernah bisa bersatu dalam malam ataupun pagi yang sama
 
Jakarta, 2016
 
 
 
Sudahlah
 
Sudahlah! Kejadian itu adalah salah satu scene yang sudah lama berlalu 
Dalam waktu-waktu setelahnya, kau tidak tahu menahu apapun tentang dirinya
Kau tidak bisa menganggap dia seperti yang kau inginkan
Kau saja berubah, meskipun hanya perubahan kecil
Begitupun dengannya
Sikap dirinya sekarang, jangan kau salahkan
Ingat! Kau saja berubah
Sudahlah! 
Teruslah tumbuh menjadi pohon yang tahan akan angin besar
Teruslah tumbuh menjadi pohon yang menyejukan dikala panas
Teruslah tumbuh menjadi pohon yang memberi kehidupan pada sesama
Kuatkan akarmu, berdoalah meminta kepada Pencipta mu
Yakini lah, Tuhan mu telah mempersiapkan masa depan indah untuk mu
Lebih… lebih dari yang kau minta dan kau bayangkan
 
 
 
Firda Tsaniyah, cucu adam yang masih sibuk mencari ridha Allah SWT. Penuh syukur telah dilahirkan di DKI Jakarta 20 tahun silam, tepatnya 14 Oktober 1996. Dalam perjalanan menuju gelar S1 di Universitas Gunadarma. Bermukim di Jakarta Timur, DKI Jakarta. Silahkan bersilaturahmi dengannya di firda.tsa@gmail.com dan www.firdatsaniyah.blogspot.com
 

Terkini