Pengumuman Pemenang Lomba Cipta Puisi HUT Pertama Riaurealita.com

Sabtu, 10 September 2016 | 09:53:37 WIB
Logo HUT Riaurearita.com yang pertama bertema Menyatu dengan Pembaca.
PEKANBARU - Setelah melalui penilaian yang cukup ketat melalui perdebatan-perdebatan panjang, akhirnya dewan juri memutuskan para pemenang lomba cipta puisi (LCP) sempena hari ulang tahun (HUT) Pertama Riaurealita.com.
 
Ketua dewan juri, May Moon Nasution mengatakan, selain menerima puisi-puisi dari peserta dengan jumlah yang membludak, dewan juri juga harus melalui proses perdebatan sengit sehingga terpaksa menunda pengumuman para pemenang hingga Sabtu (10/9/2016) pagi ini.
 
"Atas penundaan tersebut, kami dari dewan juri memohon maaf kepada para peserta yang mungkin sudah menanti pengumuman tersebut sejak tengah malam tadi," tutur May Moon.
 
Perdebatan itu, lanjut penyair yang baru saja meluncurkan buku puisi "Pedang dan Cinta yang Mengasahnya" itu meliputi, kekuatan tubuh puisi secara utuh mulai dari makna, pola ucap hingga tanda baca.
 
Hasilnya, dewan juri memutuskan nama-nama berikut sebagai pemenang LCP HUT Pertama Riaurealita.com:
 
Pemenang utama:
Saifa Abidillah dengan judul puisi "Kuda Phoebus"
 
Dua pemenang pilihan:
1. Ganjar Sudibyo dengan judul puisi "Pendidikan Kebahagiaan"
2. Reky Arfal dengan judul puisi "Hikayat Dewa Ruci"
 
May Moon mengungkapan, puisi "Kuda Phoebus" milik Saifa Abidillah cukup kokoh. Baik itu dari segi pemilihan kata, pola ucap, dan tipografi. Selain itu, Saifa juga dinilai cukup lihai memainkan rima dalam puisinya. "Konteks religiusitas dalam puisi Saifa juga menunjukkan makna yang universal," ungkapnya.
 
Untuk puisi Ganjar Sudibyo dan Reky Arfal, dewan juri sepakat menilai dari sisi lain. "Pendidikan Kebahagiaan" terang May Moon, berhasil keluar dari 'keseragaman' naskah lainnya. 
 
"Sedangkan puisi 'Hikayat Dewa Ruci' mampu mengangkat nilai-nilai lokalitas budaya, yaitu pacu jalur yang berada di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau yang beberapa tahun belakangan jarang diangkat dalam bentuk puisi," tutupnya.
 
Untuk diketahui, dewan juri LCP HUT pertama Riaurealita.com terdiri dari May Moon Nasution sebagai ketua, Delvi Adri, dan Afandi sebagai anggota.
 
Ketua panitia, Makmur HM mengungkapkan terima kasih kepada seluruh peserta yang sudah ikut berpartisipasi dalam lomba cipta puisi yang pertama kali ditaja oleh Riaurealita.com untuk merayakan HUT pertamanya ini.
 
"Kepada pemenang, kami minta segera mengirimkan nomor rekening dan scan KTP ke surel panitia, sastra.riaurealita@gmail.com untuk proses pengiriman hadiah," pintanya.
 
Ketua panitia juga dengan sangat menyesal menunda pengumuman penerima hadiah hiburan untuk karya 2 peserta terbanyak diklik atau dibaca hingga Sabtu, 24 September 2016 mendatang.
 
"Seperti yang sudah kami ungkapkan sebelumnya, panitia sangat kewalahan dengan membludaknya naskah yang masuk. Jadi, panitia membutuhkan waktu cukup panjang untuk menerbitkan semua naskah peserta," tuturnya.
 
Ia menambahkan, panitia akan membukukan puisi-puisi pilihan dalam waktu dekat. "Nama peserta yang akan tergabung dalam buku puisi pilihan Riaurealita.com akan dirilis awal bulan Oktober 2016," terang penulis buku puisi Algea itu. (das)
 
Baca puisi pemenang di halaman berikut:
 
 
Puisi pemenang utama karya Saifa Abidillah
 
Kuda Phoebus 
 
dewa telah bangkit 
            dan kereta langit 
telah berangkat
            menapaki laut,  
bebukit hikayat    
            dan alam semesta 
            yang sengkarut       
 
orang-orang bekerja   
            seperti dewa-dewa 
            yang berkerja  
menyeduh pagi  
            dengan hangat kopi
mencari yang abadi 
            pada sebentuk ilusi
menyanyi di gereja
            menari di candi-candi 
dan meniru pecinta 
            yang gila 
dengan api menyala 
            pada ujung mata 
 
dewa telah bangkit 
            dan kereta langit 
telah berangkat
 
sedang manusia bejat
            berjalan 
menyusun rubaiat 
            dan muslihat 
gelap dunia ini 
 
dan betapa ular telah hidup 
            pada batang pohon 
sejak hawa sanggup 
            merayu perjaka 
            pertama di surga
 
dan betapa dosa  
            adalah tentang 
            sesuatu 
yang tertuang dari bibir 
            ke bibir 
dalam anggur 
            dan malam 
yang berpendar samar 
            dari kamar 
            dan lendir pada sampir 
 
membentur luas dada 
            api mata  
            dan desah udara 
            yang tak rata  
 
aku menakaliMu
            Kau menakaliku 
 
Dungkek, 2016 
 
 
 
Puisi pemenang pilihan karya Ganjar Sudibyo
 
Pendidikan Kebahagiaan 
: mbak r.
 
ia membaca sepenggal bagian buku motivasi
yang berbunyi, kita tak harus membahagiakan
setiap orang yang kita jumpa;
ohyeah...semangat para hadirin! 
seorang motivator berdiri berjalan
di panggung bersama seorang mc,
audience membalas salam dengan wajah bungah
 
ia menyimpan wajah-wajah yang memancar
dari tubuh televisi itu. seorang motivator
yang tak henti-hentinya berkelakar,
legawa pada yang dialami, sebab 
hidup adalah kita, hidup adalah kita
spirit for life, guys!
 
ia merenung-renungkan segala yang nyala
segala yang padam; kenangan membentuk
yang nyata jadi jauh semata, namun dengan 
kuasa eksistensi manusia segalanya bermakna
bahkan kemiskinan dalam arti harfiah 
itu sendiri; tentu ini bukan ajaran socrates
tentang refleksi yang dijunjung tinggi
 
ia bersyukur sebab semesta yang agung
telah memperkenalkan para pemilik modal
beserta penggerak mesin demi tumbuhnya
produktivitas dan adilnya diskriminalitas
 
ia bersyukur bisa naik kelas dari tidak tahu
apa itu rela berkorban apa itu rela berkurban
menjadi semakin rela terhadap apa saja
yang hilang dari kegelisahan manusia
metropolitan yang tumbuh dangkal
dari rapal cahaya-cahaya digital
 
ohyeah...semangat para hadirin! yakinlah,
hidup tak segampang minum aspirin!
 
2016
 
 
 
Puisi pemenang pilihan karya Reky Arfal
 
Hikayat Dewa Ruci
 
memasuki jalan kecil, melewati titian gantung
akhirnya aku tiba. menghadap ke seberang 
lampu-lampu kendaraan serupa kunang-kunang 
yang bertubrukan. seraya aku mengenangmu
sesuatu kembali menghampiri—sesuatu yang telah kutinggalkan sekian lama
semakin mendekat, lalu melekat ke sukmaku
seperti juga gemuruh pada pancang mulai
 
tersesat dalam keramaian tak bertuan
angin dari zaman yang lain memasuki tubuhku
kubiarkan batinku menjadi cermin
yang pecah pada hitungan ketiga
orang-orang bersorak di tepi kuantan
di batang air, doa-doa menghilir
melihat tubuh-tubuh tak berkepala bergulingan ke dalam
riak-riak kecil yang terpercik dari pengayuh
dari patahan sungkai yang diberkati
 
di tepian pulau anak-anak pacu menjelma cahaya
menyusuri jalan kenangan, menakar nyeri dan sakit
di pundak mereka kutemukan api yang menjulur
sepanjang badan jalur
 
gerimis berjalan pelan, mula-mula menyentuh tengkuk
lalu seluruh, menyusup ke tubuh, memaksaku memeluk 
sesuatu yang jauh
 
maka demi pulau sipan, tempat segala yang asing menjadi karib
aku memanggilmu. berikan aku mimpi dalam mabuk yang panjang
ceritakan padaku hikayat dewa ruci yang abadi
terbentang panjang seperti karpet merah
yang dirajut dari bergetah-getah darah 
pendahulu kami
 
Teluk Kuantan, 2016
 
Catatan: Dewa Ruci adalah nama Jalur dari Desa Pulau Sipan. 
 

Terkini