Rumah 1, Rumah 2, Asap 1, Asap 2

Kamis, 08 September 2016 | 23:22:34 WIB
Ilustrasi. (Osnat/osnatfineart.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Rumah 1
 
Setahun yang akan datang
Datanglah segala kembang kembangan
Ditanam di pekarangan rumah
 
Jalanan tak lagi becek
Membikin bahagia 
Oleh ulah prosotan kita
 
Kali kali akan keruh
Sebab tinja dan sampah
Kita membuang renang dan tawa
 
Pohon pohon barangkali 
Menjelma mainan yang mudah rapuh
Diterpa matahari, ditimpa hujan
 
Yang ada hanyalah 
Segudang keluhan
Rumah kita menjelma kaca
 
Panas mengganas
Hujan menghujam
Sambat tertambat
 
Malang, 14 Januari 2016
 
 
 
Rumah 2
 
Tempo hari
Emak masih menyapu serasah
Tunggang langgang di depan rumah
 
Kembang dikecup kupu
Kumbang segera merayu
Pohon kembali menaruh teduh
 
Jalanan melintang gembur
Rerumputan dan liat
Menyisakan jejak terpatri
 
Angin masih tunduk
Meramu paru 
Segala daun menghidu 
 
Masih kutemukan matahari
Mengelus kulit
Berperi sembari memberi
 
sedang orang orang berseri
bersyukur menikmati
oleh Sang Mahapemberi
 
Malang, 14 Januari 2016
 
 
 
Asap 1
 
Semenjak asap menggepuk kami
Air mata tak lagi mengalir
Paru-paru terasa perih
Barangkali kempisnya bergilir
 
Tidak ada lagi daun
Siang yang menjelma sore
Seperti berkabut
sore semakin kabur
 
Keringat kami bau asap
Baju kami bau asap
Sekolah kami mengambang
Awan kami mengembang
 
Malam kami pekat
Mulut kami terikat
Sungguh angin bersijingkat
Berjejal asap tambah ketat
 
Tanah kami berasap
Pohon kami pengap
Rumah kami terkesiap
Kami bukan ikan asap
 
Malang, 22 Oktober 2015
 
 
 
Asap 2
 
Kalau kami menulis asap
Bisakah terbaca oleh mata tersingkap
Hati tak mampu menetap
Di sini hanya meradang-pengap
 
Kalau kami membaca asap
Sungguh mulut kian melesap
Apa apa jadi sayap
Singkat saja runyam gagap
 
Kalau kami mendengar asap
Telinga tak henti hentinya ungkap
Suara suara terperangkap
Kami hanya tersengkap
 
Kalau kami berbicara asap
Kamilah yang paling meratap
Sebab mulut kami tau sikap
Banyak angan yang lenyap
 
Malang, 22 Oktober 2015
 
 
 
 
Ahmad Basri—akrab dipanggil Basri, lahir di Lamongan, 24 Juli 1993. Sekarang berdomisili di Malang  - Jawa Timur, untuk urusan studi. Menyukai sastra—terutama puisi, lantaran gabung dengan sanggar seni LA Rose di sekolahnya. Sejak itu, mulai menulis puisi sampai sekarang. Menulis serupa mengukir, harus sabar dan telaten. Puisi-puisinya pernah dimuat di majalah Komunikasi UM, majalah CSR, dan antologi bersama Senandung Pelayaran. Sambung nalar bisa melalui  media elektronik: FB. Basri Masse/surel ahmadbasry@gmail.com. 
 

Terkini