Retak Patahan Kayu, Cerita Usia, Orang Perahu, Bencana, Ritual

Rabu, 07 September 2016 | 19:44:56 WIB
Ilustrasi. (Sera Knight/seraknight.co.uk)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Retak Patahan Kayu
 
Retak patahan kayu
bunyi khatam serbuk merubung
merobek daun hidung dalam lipatan satu dua
pada permulaan kayu;
tangan pasrah mendedah jantung hutan
dari induk pohon yang riang memeluk kabut
dalam satu detik
pohon terbelah dan patah mencium tanah
dalam dua detik
pohon diulur tangan menuju kota-kota
menjadi jantung tidurmu
permak segala tempah rumahmu
 
Medan, Juni 2016
 
 
 
Cerita Usia
 
usia itu kantung mata yang menebal 
pada kejab kantuk, saat kau terhibur pada
doa-doa umur panjang
lilin-lilin menegak di dekat lengan
seperti semangat anak-anak 
menemukan mainan baru di halaman  
gunung kota masih mencibir 
rambutmu yang mengabu
kala langit menjelma abu suatu sore
kau hembus angin seperti kau tiup lilin 
dalam cangkang tuamu
semoga tidak menetas resahmu akan bau tanah
dan dosa-dosa dibalik pintu 
atau baju-baju di gantungan kain istrimu
“menegaklah usia, seperti anak lelaki tanggung”, katamu
jangan membuatku takut
di keheningan ini, aku melihat pusara jiwaku
usiaku terlalu mencintai doa-doa yang tersemat
 
Sinabang, Januari 2016
 
 
 
Orang Perahu
 
Orang perahu, Nang, telah tiba 
dengan bau dingin ombak melilit tubuhnya
demam asin telah menguliti segala daging tubuhnya
dipantaunya segala debar laut yang menyimpan kabar badai
dan disimaknya segala arah yang menuju pulau-pulau
 
Orang perahu, Nang, telah tiba
dengan layar yang sudah lupa keramat usianya
dengan papan  perahu yang mulai hitam melebam terusik mentari
dilipatnya layar yang kusut dan buram
katanya, pulau pulau sudah mendekat dari ujung jari
pulau-pulau sudah sepantaran jarak tepian dengan kali
 
Orang perahu, Nang, telah tiba
kaki-kakinya berlumpur resah berbulan-bulan yang lalu
tiada ia basuh
sekalipun ia bermandikan  air 
dan berumah terkam gelombang laut
berkali-kali
disimaknya kabar yang menuju pulau-pulau 
 
Medan, Juni 2016
 
 
 
Bencana  
            
Sebelum angin merintik sebagai basah hujan
yang datang menuai kabar kehilangan 
atau membasahkan lingkup daun dan dahan-dahan 
sejenak gemetarlah tanah gemetarlah parit 
 
kemarau ini telah jua merampungkan nama
serupa ketakutan anak-anak kehilangan lapangan bermain
hinggap menyusut menjelma kabar di balik jendela
atau pertemuan kaku di ujung bangku di beranda 
 
mata kita serumpun yang telah dituba panas
meluluskan bening air keringat mengintip sesuka
dibalik baju-baju  tipis yang dijahit tangan luka
telah kita bahasakan panas ini dengan segenap doa-doa
 
matahari telah juga berdada dan menyimpan api-api neraka
setangkup kampung telah jera
kemarau telah datang dan enggan mengangkat bejana retak
sedang bejana lebih retak dari kering yang menuai kerak
 
Ah, barangkali inilah bencana
dari segala yang mirip bencana!
 
Medan, Maret 2016
 
 
 
Ritual
 
benda-benda telah mayang
api-api dijalankan pada sebuah malam
gertak gusi rebah dengan mantra nama
pada jubah malam yang membentang
layarnya ke haluan
 
kabut tiada menghitam, perjalanan
telah tiba pada awal dalam kemurahan pengharapan
sayur, beras dan tampi dituah dalam dipan
dentang suara memecah  
kala tangis juga tumpah
 
Sinabang, 2016
 
 
 
Nurul Hanie Aprilla adalah nama pena dari Fitry Nurul Hanie lahir 23 April 1992 di kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara. Saat ini berdomisili di Medan, seorang alumni mahasiswa Universitas Negeri Medan. Beberapa buku antologi puisi bersamanya, antologi puisi Menggugah Semangat Nasionalisme Lewat Puisi (2014), antologi puisi mahasiswa tingkat nasional Rodin Memahat Le Penseur (2015), antologi penyair nasional Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III  (2015), antologi puisi Kota Gudik (2016). Selain itu, puisi-puisinya tersiar di surat kabar Harian Rakyat Sumbar, Harian Sastra Mata Banua, dan situs sastra Majalah Suluh. Pernah menjadi pemenang II dalam kompetisi menulis puisi tingkat nasional Kilau Pena Sriwijaya 2015, pernah menjadi juri Lomba Penulisan Puisi bersama WAW Books 2016, dan  aktif di Komunitas Sastra Media. Penulis beralamat di Jl. Pahlawan Kel. Pahlawan Kec. Medan Perjuangan, Medan. Atau dapat dihubungi melalui email  haniebara@yahoo.co.id.  Alamat Twitter :  @FNurulhanie. Alamat Facebook: Nurul Hanie Aprilla.
  

Terkini