PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Kebohongan Kemerdekaan
Merdeka.,
Suatu perlawanan dengan pengorbanan
Suatu pengorbanan dengan perjuangan
Suatu perjuangan dengan keyakinan
Alangkah hebatnya orang tuaku dahulu
Berjuang tak kenal lelah dan menyerah
Tak kenal mundur dan pasrah
Darahnya mendidih tak mau kalah
Karena benci melihat tanah airku di jajah
Dahulu...
Subur tanahku di kuasai oleh orang asing
Rakyat kecilku menjadi babu seperti anjing
Indonesiaku dicabik-cabik nyaris punah dan hilang
Merah putih kesayanganku hampir jatuh dan terbakar
Negriku di rampas tanpa kenal malu dan kasihan
Mereka mengobrak-abrik tatanan kehidupan
Merubah nasib kebahagiaanku menjadi kesedihan
Merubah sikap lemah dan takutku menjadi keberanian
Dahulu... negeriku dalam penjajahan
Dahulu... negeriku dalam ancaman
Sekarang... negeriku dalam kemerdekaan
Sekarang... negeriku dalam keprihatinan
Tuhaan... namun aku bingung atas Indonesiaku yang kini sudah merdeka
Karena kemerdekaan Indonesiaku hanyalah lelucon belaka
Merdeka ini rasa penjajah....
Budaya tanah airku nyaris hilang
Identitas negeriku hampir tenggelam
Watak kepribadianku sangat terancam
Peranan agama sudah dilupakan
Apakah engkau merasakan?
Penjajahan ini masih terasa di negeri ini
Perjuangan ini masih berlangsung
Pengorbanan ini masih dibutuhkan
Karena kebohongan kemerdekaan
Rakyatku menangis karena miskin semakin miskin
Penguasaku ketawa karena lupa kewajibannya
Ekonomiku melemah karena tikus rakus yang tak mau mengalah
Pendidikanku hancur karena ulah para oknum yang mesum
Hukum di negeriku sangat mahal bagaikan dagangan
Apakah engkau merasakan?
Tentang kebohongan kemerdekaan
Atau kemerdekaan yang bohong...!
Pekalongan, 16 Agustus 2016
Politik Penguasa
Engkau sungguh sopan, bila di depan
Engkau sungguh baik, bila di lirik
Engkau sungguh pintar, bila bicara berjam-jam
Hatimu terlihat lembut, bagaikan sutra
Mulutmu terlihat manis, bagaikan gula
Sikapmu terlihat lurus, bagaikan tiang antena
Namun tak disangka... hmmmmm...
ternyata politik biadab
Dia lebih suka memfitnah daripada membunuh
Dia lebih suka mengaung daripada bertarung
Dia lebih suka teriak daripada membentak
Hahaha..
Kotoranmu busuk tapi tak berbau
Wajahmu busuk tak ada yang tahu
Hahaha..
Celanamu basah kelihatan kering
Mulutmu basah seperti anjing
Hahaha..
Ketekmu bau terasa harum
Hatimu kaku tak takut hukum
Hahaha..
Engkau jadikan negara ini surga, tapi hanya untuk penguasa
Maksudmu apa?
Engkau jadikan negara ini hukum, tapi rakyatmu belum pernah makmur
Maksudmu apa?
Korupsi merajalela, engkau diam saja
Maling berkeliaran, engkau hanya tunduk dan diam
Pemerkosaan, pembunuhan, penganiyaan
Semua tindak kejahatan yang terjadi
Apabila rakyat kecil, engkau sangat kejam
Apabila rakyat elit, engkau sungguh baik
Maksudmu apa?
Apa mereka temanmu?
Hahaha...
Gara-gara politik, rakyat kecil tercekik
Gara-gara politik, gayamu sangat menarik
Semua orang simpatik, tapi mereka sakit
Semua orang tertipu, tapi mereka tak tahu
Semua orang payah, karena sikapmu yang tak mau mengalah
Semua orang hilang, karena sikapmu yang tak pantas pahlawan
Mau di bawa kemana negeri ini tuhan?
Para penguasanya rakus dan tamak seperti hewan
Rakyatnya hanya menangis tak bisa melawan
Banyak oknum yang bilang demi negara
Tapi ternyata demi pribadinya
Salah ngomong, orang kecil masuk penjara
Pintar berbohong, pejabat dilindungi dan di jaga
Banyak yang bilang negeri ini jadi neraka
Banyak yang bilang negeri ini kini bencana
Karena ulah para penguasa-penguasa yang berkuasa
Penguasa-penguasa politik penguasa yang tak setia kepada negara
Pekalongan, 18 Agustus 2016
Sayang
Saat terbangun di malam hari
Disaat mimpi yang menakuti
Disaat waktuku menanti
Sayang...
Bahagiamu adalah bahagiaku
Sedihmu adalah sedihku
Sakitmu adalah sakitku
Rindumu adalah rinduku
Pahitmu adalah pahitku
Impianmu adalah sama dengan impianku, sayang...
Selalu menunggu kapan kehadiranmu
Membuatku sangat lelah dengan takdir ini
Aku tak tahu rencana tuhan...
Oh... sayaaaang....
Sepiku semakin sepi
Malangku semakin malang
Hinaku semakin hina
Payahku semakin payah
Karena sayang....
Harus kemana aku mencarimu
Harus kemana agar bisa menemuimu
Aku tidak paham posisimu sayang...
Doaku setiap malam, selalu aku panjatkan kepada Tuhan
Ikhtiarku setiap hari, selalu aku lakukan demimu sayang.....
Namun tuhan belum menjawabku
Entah kenapa tuhan demikian
Sampai aku panggil-panggil...
Tuhaaaaaaan-Tuhaaaaaaaan.....
Sayangku dimana Tuhan?
Aku butuh belaiannya tuhan
Karena aku tidak sanggup hidup sendirian
Apa engkau tuli tuhan? Engkau bisu? Engkau buta?
Satu, dua, tiga tahun aku menanti
Sayaaaaang.... aku rindu.
Apa sayangku mati tuhan?
Apa sayangku mati apa engkau yang mati tuhan?
Hatiku resah, gelisah tak terarah
Batinku ragu, tak menentu
Jiwaku bimbang, berantakan
Harapku menjadi hilang, hilang tak tertanam
Lenyap, lenyap dan lenyap tak berbekas
Hati kecilku menangis sayaaang...
Rindu, rindu untuk menyatukan jiwa ini dengan jiwamu
Menyatukan raga ini dengan ragamu
Menjadi satu atas nama Tuhan
Menjadi satu untuk keberkahan
Menjadi satu kebahgiaan
Menjadi satu untuk menghadirkan hamba tuhan
Menjadi satu, satu, dan satu untuk meniru hamba yang paling mulia dari semua hamba tuhan,...
Please Tuhan..., please.....
Sayangku tak mendampingiku
Kematina lebih baik daripada tanpamu sayang...
Demi aku, datanglah sayang....
Datanglah dan temui aku
Temui aku di jalan kasih sayang desa cinta kecamatan rindu kabupaten jodoh provinsi masa depan.
I WAIT YOU....
Pekalongan, 20 Agustus 2016
Ali Subhi Waliyanto, lahir di kabupaten Subang Jawa Barat pada tanggal 18 september 1994. Saya seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi agama negeri di Pekalongan Jawa Tengah yaitu STAIN Pekalongan. Di Pekalongan sebagai alamat domisili, saya tinggal di Jl. Hasanuddin Gg. VI Kelurahan Sampangan Kecamatan Pekalongan Timur Kota Pekalongan 51126 tepatnya di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Asuhan KH. M. Hasanudin Subki. Pendidikan saya dimulai sejak MI dan semasa SMP saya sudah sering bikin sajak-sajak pantun dan puisi, bahkan pada saat SMA saya pernah mengarang puisi kontemporer dengan gaya bebas comedy, sehingga pada saat dibacakan oleh sang guru, semua teman kelas tertawa terbahak-bahak dan memberikan acungan jempol. Bahkan puisiku sampai menjadi pembahasan sang guru dengan memberikan sebuah pertanyaan kepada siswanya tentang karakteristik puisi yang saya buat yakni kontemporer. Entah kenapa sejak saat itu saya sangat tertarik dengan dunia ini, meskipun aku bukanlah seorang sastrawan.