Yang Tersirat, Terbang, Janji, Kisah Senja, Desiran Rindu

Rabu, 07 September 2016 | 18:59:50 WIB
Ilustrasi. (Karla Nolan/karlanolan.blogspot.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Yang Tersirat
 
Genggam aku Tuhan,
kala aku meringkuk getir padaMu
kala aku lelah berlari
dalam jenggala pusara dilema
waktu menari di depanku
membawa pilihan,
menanti jawaban
duhai hati!
jawaban itu darimu
tentuan akan futurku
serpihan itu berisi pertanyaanku
akankah aku memilih padanya
walau aku tak tahu akan berakhir bagaimana
aku memilihMu,
memilih berjalan bersama ketentuanMu
walau tak sesuai dengan harapanku
walau bahagianya tersirat
namun aku tahu,
jalanMu tak pernah salah
 
***
 
 
 
Terbang
 
Suatu hari,
Aku akan terbang
Bersama dengan awan dan burung-burung
Di luasnya hamparan cakrawala
Suatu hari,
Aku akan menari
Bersama dengan pelangi
Bersama sejuknya udara
Kini harapanku terbang
Mengudara,
Bersama semilir angin
Membawanya melesat menuju Arsy-Nya
Kisah masa kecilku telah tertulis disini
Dalam aksara yang kian usang
Termakan masa,
Lipatannya mengingatkanku pada mimpi
Mimpi yang tertulis rapi
Yang tertanda dalam lipatan kecil
Kini aku sedang menjajak,
Jangan usik aku,
Aku ingin terbang,
Bersama mimpi-mimpiku
 
***
 
 
 
Janji
 
Mana janjimu?
Kepala mengangguk
Namun hati berpaling
Tak bisakah kau tak naif?
Hanya untuk mengejar egomu
Apa semua ini adalah dusta?
Tentang kenyataan bahwa kau
Tak memilihku
Aku terpasung rindu
Pikiranku membumbung
Harapanmu sudah lebih dulu
Menyentuh hatiku
Namun kini kau dustakan
Aku telah merasakannya
Pahit rasa berharharap padamu
Yang hanya bisa mengumbar janji
Namun tak pernah ada hasil
Angan itu kini rapuh
Bersama dengan serpihan hatiku
Yang telah rusak karena
Janjimu
Dusta!
Dustai saja semuanya
Tentang hati yang tak pernah terbalas
Olehmu
Mana janjimu?
Pernahkah kau pikirkan
Rindu ini menusuk
Relung kalbuku
 
***
 
 
 
Kisah Senja
 
Di ufuk sana
ada mata yang berpendar
cemerlang
Kilaunya memancarkan kisah
masa lampau yang kini belum sepenuhnya
terobati
dibalik indahnya senja
ia sendiri
seolah bayangan masa lalu itu
hadir lagi
Ah, jangan usik dia
Perihnya masih terasa
Mata indah itu seolah tersenyum
Sungguh naif
Padahal perih hati bukan main
Nadi beriringan menyembunyikan pedih
Aliran itu terasa berdesir-desir
Namun tak ada yang tahu
masalah hati
Tak perlu ada yang disalahkan
Untuknya
Karena takdir selalu indah
Pada waktunya
 
***
 
 
 
Desiran Rindu
 
Jiwa itu pergi
Ku terpaku pada gundukan tanah itu
Wangi kekembangan yang masih menyengat
air mata ini menggantung
memaksa keluar sebagai asa
tentang harapan dan cita-cita
yang belum tersampaikan
padanya
sedetik aku rasa
aku rindu padanya Tuhan
kepada jiwa lembut yang
tak pernah uzur mencintaiku
sosok itu menari-nari dalam heningnya kerinduan
sementara aku terdiam berjibaku
aku hanyut pada kerinduan
tentang panggilan sayangnya
tentang semua yang ada
kuhirup sekali lagi
aroma itu tercium lagi
hujan air mataku menetes pada coklatnya tanah
pilu ini menjejal dalam hati
tentang kenyataan bahwa dia telah pergi
ke syurga yang abadi
aku rindu padanya Tuhan
sesak bergerumul
pedih merusuk hati
rindu,
aku rindu pelukannya
aku rindu kecupannya
aku rindu padanya,
Duhai Rabbi!
Yang di dalam sana tak bisa dibawa kembali
Hatiku berdeir-desir
Mengucap salam rindu untuknya
 
***
 
 
 
Alifa Tanzila Meiviana (Alifa). Lahir di Kuningan, 21 Mei 2000. Tinggal di Jl. Flamboyan II, GSI, Sumber. Saya bersekolah di SMA Negeri 1 Sumber. Karena hobi saya yang juga suka menulis dan membaca, maka sejak kelas 8 SMP saya mulai ketagihan untuk menulis. Entah itu berupa cerpen, puisi dan teks drama, dan sekarang sedang belajar untuk menulis novel dan essai. Pun menulis itu sebagai ajang untuk proses mencapai cita-cita saya yang salah satunya adalah menjadi penulis, selain dosen dan dokter gigi. Untuk selengkapnya di Line: alifa215, Ig: alifatanzila
 

Terkini