Kutulis Duniamu, Isyarat Sujud dalam Kalbu, Ujung Gelombang Biru

Rabu, 07 September 2016 | 18:15:41 WIB
Ilustrasi. (Kinez Riza/livescience.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Kutulis Duniamu
 
Kutulis duniamu
Dengan pena hitam di otakku
Telah kurangkai namamu
Seluas bayang-bayang membutakan hati
 
Kini bibirku bisu tanpa arti
Pikiranku mati olehmu
Segala waktuku bernafas tentang jiwamu
Menyeka aliran nafasku
 
Kini segalanya duniamu
Berlari mengejar sosokmu
Bila melewati api kutemukan dirimu
Akan kucari keberadaanmu
 
Awan kepada hujan
Kutembus duniamu
Meski sejauh memandang bintang
Duniamu akan kukenang
 
 
 
Isyarat Sujud dalam Kalbu
 
Gemericik air…
Tergenang di setiap kulitku
Gelisah menghela di setiap nafas 
Petir seolah datang tiba-tiba
Gemuruh pun menjadi cahaya
Mendera bergemetar
Berbisik tentangMu
Langkah hidup berkiblat
Pada Sang Ilahi…
Terenyuh wajahku dihadapanMu
Derai air mata jatuh di sajadahku
Tangan bertasbih menggumam suara hijaiyah
Lafadz doa dalam kalbu
Tersendu-sendu oleh jiwa memikul amanah
Isyarat berderu tangisan
Tiada henti kala malam
Jam dinding pun menjadi rotasi
Doa yang terlupakan kini mengode akal
Membasuh luka melalui sujud
Tak terlukis oleh kata
Meleleh rupanya setitik-titik dosa
Tak berdaya dan lemah
Menjerit di tengah malam
Ku titipkan doa ini dalam sujudku
Untuk kembali padaMu…
 
 
 
Ujung Gelombang Biru
 
Di sudut gelombang biru
Bercahaya pancaran mentari
Angin pun menerpa tubuhku
Kulihat langit berkaca
Seolah menyentuhku
Kulihat burung bernyanyi
Terbang menghampiriku
 
Di seberang tanah lautan
Sejauh pandangan mata
Nyiur melambai-lambai
Rupanya pohon-pohon kelapa
Menebas menyapaku
Ditanah pasir putih
Oh ujung gelombang biru
 
 
 
Fadhilatul Aidah. Mahasiswa Sastra Indonesia di Universitas Airlangga. Umur 20 tahun. Menetap di Sememi Kidul Benowo 60198, Surabaya. Hobi menulis, membaca komik dan travelling.
 

Terkini