Wanita Malang yang Tak Jalang, Arah Jalan yang Tak Terarah, Kegundahan Hati, Getar Getir Cinta

Selasa, 06 September 2016 | 21:50:57 WIB
Ilustrasi. (Linda Paul/lindapaul.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Wanita Malang yang Tak Jalang
 
Dia berlenggak lenggok dengan lekuk tubuhnya
Mencari kehidupan dikeramaian kota
Berjalan berpindah-pindah
Kadang duduk terdiam menunggu pelanggan
Bernyanyi dan menari di kamar-kamar
Berburu nafsu dibawah pilar
Antara desah resah gelisah
Yang penting tangan menggenggam rupiah
Ingin kutanya, mengapa ?
Tapi ia berlari ke arah warung di pinggir jalan
Sambil melambaikan tangan dan tersenyum pada gadis kecil
Lalu mengecup keningnya sembari menyodorkan sebungkus nasi
Entahlah, apa itu nyata?
Mungkin sekarang alam tertunduk padanya
Aku berbalik menyusuri langkahku lagi
Terlihat sepasang kekasih yang bercumbu ria
Seakan di dunia hanya mereka bedua
Terkulai dalam dekapan setan
Gadis remaja itu tertawa lepas tersenyum puas
Tak apa tak dapat apa-apa
Lalu ia pulang merengek pada ibu dan ayahnya
Dengan wajah kepolosan.
 
 
 
Arah Jalan yang Tak Terarah
 
Aku lelah dengan hatiku
Sungai yang mengalir deras kau hadang dengan bebatuan
Dan aku lelah dengan tapak kakiku
Yang terus meraung tak tahu kemana pergi
Bagaikan putri kecil yang menari disinggasananya
Tapi tak tampakkan kau lihat itu
Ada intan yang berjatuhan
Lalu api itu berkobar
Lenyap, musnah terluluhlantakkan
Tak bisakah rembulan atau mentari yang menemaninya ?
Sedikit saja pintaku agar tak kelam
Tapi entahlah
Sang pemilik hati tidaklah bersahabat lagi
Kemana ia pergi terserah
Biarkan saja tapak kakiku penuh darah
Biarkan saja kakiku menyusuri duri
Dan jalan yang berbatu
Aku ingin lebih lama lagi menghirup aroma senja
Aku ingin selalu bersenandung dengan kicauan burung
Jika suatu saat nanti
Pola-pola  awan tak terbentuk lagi
Biarkan saja langit merintih
Tak akan ada gunanya lagi
Semua lenyap tak terharapkan lagi
 
 
 
Kegundahan Hati
 
Dosakah aku hadir dalam sentuhan jiwanya?
Jantungku seakan berirama menatapnya
Perasaan apakah ini ?
Setidaknya kau jawab aku walau hanya sepatah kata
Lalu kan ku sajakkan dalam keheningan
Dan ku dendangkan dalam dawai gitarku
Agar semua jelas tak tersimpan
Dengan apa ku suguhkan kau lagi
Bunga-bunga yang kuberikan kau biarkan kering
Taman yang ku buatkan kau biarkan menjadi gersang
Ah sudahlah ...
Aku bosan dengan jiwaku
Api yang ku kobarkan di hatiku
Tak membara lagi
Mungkin hanya seperak saja yang tersisa 
Oleh badai salju yang enggan berlalu
Datanglah padaku dan jawablah pintaku
Atau api itu kupadamakan
Agar tak ada rindu lagi yang membakar
 
 
 
Getar Getir Cinta
 
Ku bersimpuh di depan Rabb ku
Tak lupa kuselipkan nama dalam doaku
Sang pujangga jiwa merasuk kalbu
Tatapan yang indah seperti mawar yang mekar berseri
Senyuman hangat yang membuatku terpikat
Dan tutur kata yang selalu penuh makna
Biarkanlah sekarang , aku takkan mencarinya
Atau sekedar menanyakan khabarnya
Jika ia jodoh ku
Persatukanlah iman kami berdua
Agar tak khilaf nafsu dunia
Jadikan hadirnya bagiku jembatan menuju syurga-Mu
Dan jadikan hadirku baginya jembatan menuju syurga-Mu 
Sebelum dia halal bagiku
Akan ku pendam cinta ini
Dan kelak jika ia halal bagiku
Akan ku berikan cinta yang sepenuhnya padanya
 
 
 
Rusdiati Khairo kelahiran Lombok, 1 Oktober 1998 yang sekarang mengenyam Pendidikan di Universitas Mataram. Entah mulai kapan ia mulai tertarik dengan karya sastra, tetapi bisa dibilang orang yang mentah dalam menulis. Ia termotivasi oleh Chairil Anwar yang karya-karyanya begitu menakjubkan. Bisa dihubungi via media sosial facebook: Eyyo Rusdia atau via email : rusdiaeyo@gmail.com
 

Terkini