PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
Nirmala
sebatas jejak kaki yang shalih
dua puluh tujuh rakaat yang sahih
aku menemui-Mu
sekejap mata beradu, tancap asma menulis kalbu
sebatas ucap sakinah
senandung langit yang berkah
akar amal serupa pohon rindang di atap rumah
aku memanggil-Mu
gema lidah mengayun harokat tasydid Dirimu
sebatas kuadukan airmata musim pancaroba
atas lakon ruh adam-hawa
di atas sajadah tengadah menulis daging doa
aku ingin
Kau hadir menulis kisah nirmala tanpa noda
sebatas hamba, membaca keilahian Dirimu tanpa koma
Tuban, 2016
Suara yang Tak Dirindukan
aku mendengarnya
suara paling sunyi menggema serupa pagi yang dingin
tetes embun menetas serentak berhenti
atas suaramu yang lama pergi
aku selalu mendengar
ketika selimut kumal kenangan
merangkai senandung sajak kerinduan
tak dirindukan!
suara yang kutemui di musim hujan pergantian
membasahiku yang berguguran
daun yang kuning dihempas angin bayang
aku mendengarnya
ketika suara melantun nama
di sudut lorong serupa aura
semakin waktu melipat deru
dan gejolak yang pelangi menggebu
suara yang tak dirindukan
menjadi rindu mematikan
Bojonegoro, 2016
Ada yang Menyelamatkanku Malam Ini
gurauan renyah yang lebam di kepala
menduduki dada senyap tanpa kata
kaki dan tangan menulis cerita masa yang terpenjara
mata hanya batas pandang
selebihnya gelap seperti malam
ada cahaya di balik tawa
ada kata diantara mulut dan matanya
serupa warna
musim hujan yang sejuk di beranda
sukma mengalir mata air yang deras
senandung lagu puisimu
menyelamatkanku malam ini
dari godaan nafsu dan birahi
Tuban, 2016
Sepucuk Doa yang Jatuh
ribuan ayat coba telah menulis warna darah juang para punggama bangsa
menemui tanggal pusaka antara mati atau merdeka
sampailah di ujung usia waktu telah menunda
kabar Tuhan menyulam hari kemerdekaan
senandung lagu raya dikibarkan
di balik itu
sepucuk doa ibu pertiwi jatuh
membanjiri keindahan hari yang dinanti
Tuban, 2016
Melipat Waktu
suara candu serupa dedaunan kering dihempas angin
menabur racun jiwa
menelan dahak yang retak
rasanya seperti permen karet, kenyal
dibuang saat sepah tanpa warna
dada menanti waktu beradu cumbu
bukan aku yang ingin melipat waktu.
bengawan kalbu telah lama merindu
Tuban, 2016
Nastain Achmad. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Bojonegoro. Lahir di Tuban 19 April. Alumni Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan. Penggiat di Komunitas SINERGI Bojonegoro. Beberapa puisinya pernah dimuat di Radar Surabaya, Duta Masyarakat Surabaya, Radar Bojonegoro, Radar Sampit, Banjarmasin Post, Koran Madura, Medan Bisnis, Metro Riau, Buletin Kanal, Buletin Jejak, Merah Putih Pos. Memiliki puluhan antologi bersama, salah satunya, Tifa Nusantara 1 (2013) dan Tifa Nusantara 2 (2015), Lentera Sastra II (Antologi Puisi Penyair Asia Tenggara, 2014), Lumbung Puisi II (2014), Memandang Bekasi (2015), dan Antologi Puisi Favorit Rembulan Bercumbu (2016). FB: Nasta’in Achmad.