Negeri Malin Kundang, Kepala Terpenggal, Deny Tri Aryanti, Dian Angraini, Kepada Aisa 9

Selasa, 06 September 2016 | 21:15:57 WIB
Ilustrasi. (Daniel Maczynski/pinterest.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Negeri Malin Kundang
 
Tersebutlah sebuah Negeri
Negeri Malin Kundang namanya
Sanak-pinaknya dikutuk ibu
Menjadi tuli dan bisu dari rasa malu
Disana
Panas dingin musimnya
Demam dan meriang penyakitnya
Penduduknya gemar mengadu dan menggerutu
Gosib dan fitnah menjadi pekabaran yang saru
Disana
Merahnya
Merah-merah kesumba
Putihnya
Putih-putih bulu domba
Pancasona dasar negaranya
Keuangan yang maha kuasa sila pertamanya
Burung cucak rowo lambang negaranya
Jatuh bangun lagu kebangaannya
 
Sampang, 20 Agustus 2016
 
 
 
Kepala Terpenggal
(madura tumpah darahmu:)
 
Pada luka yang parah
Pada sumpah serapah
Pada duka:
Arah
Amarah
Melesat
Pada ketajaman waktu yang purba
Pada musim yang dipermainkan cuaca kebulan madu
 
"merahpun timbul tenggelam di antara persetubuhan awan dengan mega-mega"
 
Pada rindu yang sekarat
"darahpun tumpah pada langkah waktu"
Pada tanahmu
Kepala terpenggal pada bunga desa
 
Bangakalan,17 Mei 2016
 
 
 
Deny Tri Aryanti
 
Mbak Ayu:
Akulah pemuda keparat yang_
kerap_kali menyelipkan bayangmu
Dalam benakku
Mbak Ayu:
Akulah pemuda keparat yang_
Kerap_kali mengintip senyummu dalam ragu maluku
Yang kerap_kali kuyup dalam  raga gagapku
Menjelmalah kau nawang wulan: mbak Ayu:
Agar_daku berani kurang ajar
Dan tak gugup menyadap detak jantungmu
Akan_daku curi selendangmu dan kuganti dengan selendang ibu
agar_ kau tak sangsi mendekap rintih kangenku
Yang_
Kerap_kali menyilinap pada kelam malammu
Mbak Ayu:
Akulah pemuda keparat yang_  jantungnya hanya berdetak untukmu seorang
 
Banyuates 26 mei 2016
 
 
 
Dian Angraini
 
Untuk sekian musim telah kulalui sekian rindu tanpa mengadu padamu
Namun kalbu tak ubahnya madu
Mengabarkan akan rindu yang tak mungkin lagi membisu
Dian angraini:
Inilah malam gerimis musim silam
Yang kubaca dibabat tanah  Jenggala
Kusebut namanya
Panji kudawaningpati
Berlari  ia mencari angraini
Mengengejar bayang yang  buyar disekap cauca
 
Sampang 23 mei 2016
 
 
 
Kepada Aisa 9
 
Aisa:
Sejarah kita barang kali kelam untuk di kenang-kenAlkan pada sanak-pinak kita
“jahannam seribu jahannam”
Entahlah_
Barangkali miris
Bila harus mengenang kembali malam yang  remang oleh gerimis tangisnya
Sebab
Air mata tak pernah jenuh mengalirkan perihnya
Aisa_
Jangan biarkan alir air matamu menggenangi hari
Pejamkan matamu
Mata- mata yang melirik gerak kita
Mata-mata yang dibakar api cemburu
Mata-mata yang di rundung curiga
Diamlah Bibir manismu itu Aisa:
Bibir  yang mengoyak gumpalan kata yang membeku
Hentikan langhkahmu  Aisa
Mari kita bagi setiap pijak yang berperi pada setiap janji
Untuk kita kenal -kenAlkan pada sanak- kanak kita kembali
Dan esok kita akan telanjang didepan kata
Membenahi tali kutangmu yang meleset dari pusaran kata
 
Sampang 27 Mei 2016
 
 
 
Ahmad Fauzan pernah di Darul Ulum I Banyuanyar Pamekasan,dan aktif di sanggar Teater Kertas Banyuanyar 2000-2003,di Teater Kaki Langit Surabaya,2006-20011,di kajian Bulan Purnama Surabaya 2008-2013.Sedang mengabdi di Yayasan Almuntahi Kembang Jeruk Banyuates sampang,dan di komonitas sapo’ sampér  kecamatan sokobanah sampang.
 

Terkini