Wanita Hitam, Senja Butuh Kalian Mati, Kopiku Mulai Malu, Selembut Subuh, Merampas Senja

Senin, 05 September 2016 | 06:16:38 WIB
Ilustrasi. (Mr. Yang/fengshui-paintings.com)
PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Wanita Hitam
 
Menghampiri lorong gelap, berjalan dengan tergesah-gesah.
Kataku: ia terlalu menikmati jalannya,
menyusuri jalan yang ia tak boleh lewati.
“ini hidupku” dia membela diri.
 
Ini hanya lorong gelap tanpa sinar Sang Maha Kuasa.
Mudah Dilewati.
Kau tak tau saja diriku ini,
hitam yang melebihi gelap.
 
Suatu ketika,
aku malu dengan bulan dikala senja.
Dengan putihnya menatap kehitamanku.
Katanya: untuk apa helaian hitam kau tutupi dengan putih?
Muka kau taruh dimanapun.
Kau akan tetap hitam jika hatimu hitam.
 
 
 
Senja Butuh Kalian Mati
 
Kepada gedung pencakar langit dan penggores bumi.
Aku butuh taman seluas dan setinggi kalian.
Betapa debu bertebaran dengan angkuh.
Ya, seangkuh kalian.
 
Kau cakar langitku.
Kau gores bumiku.
Pijakanmu cukup kuat.
 
Disenjaku hanya terpandangi kalian,
padahal angan mengarapkan hamparan hijau
nan teduh.
 
Senja butuh kalian mati.
 
 
 
Kopiku Mulai Malu
 
Sekian resah.
Detikpun semakin menanyakan kehadiranmu.
Kini ku bersama secangkir kopi yang mendingin.
Dialuni angin senja yang mulai beranjak.
 
Ku teguk senyap kopi yang menunggumu.
Hingga bulan dikala senja menyapa:
“Sudikah, kesepian engkau telan?”
 
Bergejolak diskusi bersamanya.
Hingga dipengujung senja, aku berusaha menguatkan diri
 
Kopiku mulai malu,
ku tutup agar tak semakin malu
 
“Siapa ini?. Harum senja bersama langkah yang ku kenal?”
Seketika,
Muncul dirimu bersama senja yang mulai habis.
 
 
 
Selembut Subuh
 
Aku mencintai kopi pagi di bibirmu.
 
Subuh selembut ini.
 
Memasuki dinding lembut 
lirih terdesah
 
Kita bersama memaknai cinta,
selembut subuh merambahi setiap gerak.
 
Andai dapat sederhana ku mainkan waktu.
 
 
 
Merampas Senja
 
Jangan hanya menikmati senja,  
lalu kau pergi begitu saja bersama malam.
 
 
 
Ukhtia Khuluqi Adzima, wanita kelahiran Jakarta 7 Juni 1996. Saat ini tinggal di Jalan Inpres XI, Kota Tangerang. Wanita ini adalah mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hingga kini, ia mulai terbiasa berteman dengan sepi bersama sajak.
 

Terkini