Cinta Abadi, Pahlawan Penyelamat, Malaikatku dan Dua Puisi Lainnya

Jumat, 02 September 2016 | 23:51:28 WIB
ilustrasi. (Elizabeth Matlack/hearthandmadeblog.com)

 

PESERTA LOMBA CIPTA PUISI HUT PERTAMA RIAUREALITA.COM
 
 
Cinta Abadi
 
Tatkala itu, aku tengah duduk di tepi pantai
Angin sepoi-sepoi membelai wajahku lembut
Entah kenapa mataku seketika terpejam
Khayalanku menerawang jauh ke masa lalu
Aku pun bernostalgia di dalam khayalku
Memori itu terlalu elok tuk dilupakan 
Meski sudah berusia senja
Memori itu lekat di kepalaku
Aku bahagia bisa selalu mengingatnya
Memori tentang dua insan yang jatuh cinta
     Memori itu amat manis dan romantic
    Ingin rasanya kembali ke masa belia
Ketika belia, takdir mempertemukan kita
Saat itu kita tak saling kenal
Namun, siapa sangka benih cinta tumbuh subur?
Aku bersyukur  bisa mengenalmu
Hanya satu doaku, semoga kita selalu bahagia
Hingga mata ini kembali terpejam
 
 
 
Pahlawan Penyelamat
 
Dulu begitu sulit tuk mengenyam pendidikan
Kini mudah bak membalikkan telapak tangan 
Dulu wanita ditindas mati-matian
Kini sangat dihormati bak putri raja
Perubahan itu sangatlah mencolok
 
Sadarkah kalian ?
Dibalik perubahan itu, terselip cerita menyedihkan para pahlawan
Dimana-mana ada pertumpahan darah
Dimana-mana ada perdebatan sengit antara para pahlawan dan penjajah
Semua itu dilakukan para pahlawan untuk rakyat yang tertindas
 
Kita harus bersyukur memiliki para pahlawan
Para pahlawan yang tak kenal takut
Meski hanya bersenjatakan bamboo runcing
Namun, mereka mampu menang melawan penjajah
Betapa menakjubkan perjuangan mereka
 
 
 
Malaikatku
 
Aku sangatlah lemah ketika bayi
Aku beruntung tuhan menitipkan kalian untukku
Dua malaikat yang elok dari surge
Kalian merawatku dengan penuh cinta
Tak pernah sedikitpun kalian menunjukkan wajah kesal
Padahal aku sangatlah nakal
 
Kini aku mulai beranjak dewasa
Aku mulai membangkang perkataan kalian
Tanpa sadar, aku sering melukai perasaan kalian
Namun, tak sekalipun kalian marah
Justru senyum malaikat yang kalian tunjukkan
Aku pun luluh menatap senyum kalian
 
Kini aku sadar betapa sayangnya kalian padaku
Kalian memperlakukan aku bak putri raja
Namun, aku malah memperlakukan kalian seenaknya
Kini, aku mencoba menghitung jasa kalian
Sayangnya, jasa kalian tak terbatas
Terimakasih untuk semuanya malaikatku
 
 
 
Pilihan Hidup yang Menyesatkan 
 
Hari demi hari aku semakin perkasa
Kulalui dengan gagah jalan gelap tek berujung ini
Beribu pasang mata menatapku dengan aneh
Suka tidak suka silahkan mencibirku
Tapi, inilah pilihan hidupku
Pilihan hidup yang menjadi sumber dosaku
 
Sajadah merah dirumahku kini berdebu dan using
Entah kapan terakhir kali kubersujud diatasnya
Mengucap lafal basmallah saja ku tak mampu
Lidah ini tercekat ketika membaca tulisan arab
Namun, lidah ini hebat dalam berkata kasar
Karena itulah, aku selalu sendirian
 
Disaat semua orang bersujud menyembah-Nya
Aku malah duduk menegak habis minuman terlaknat 
Tak lupa kupakai juga benda haram
Rasa takutku pada-Nya seakan sirna
Dirikulah orang yang paling perkasa
Semua orang takut padaku
 
Namun, itu tinggal cerita
Kini, tubuhku lemah digerogoti penyakit mematikan
Ingin kubersujud menyembah-Nya
Namun, semua sudah terlambat
Ajal sebentar lagi menjemputku
Pilihan hidupku membawaku ke tempat yang paling mengerikan
 
 
 
Album Kenangan
 
Pagi itu cuaca sangatlah cerah 
Matahari tersenyum riang menatap kami
Kami pun semakin bersemangat
Tatkala bunga-bunga menyanyikan lagu persahabatan
Dunia seolah-olah menyukai persahabatan kami
Setiap penghuni dunia berharap persahabatan kami abadi
 
Kami menyusuri jalan setapak sambil bergandengan
Kadang-kadang celoteh kami membuat kami tertawa sendiri
Inilah momen yang paling menggembirakan
Disaat kami semua bisa berkumpul
Kami menceritakan pengalaman hidup masing-masing
Sambil sesekali bersenda gurau bersama 
 
Ketika sedang berkumpul seperti ini
Album jadul senantiasa menemani cerita nostalgia kami
Berbagai momen manis seakan tersimpan rapi di album ini
Tak satupun momen yang terlewatkan
Album ini menjadi saksi persahabatan kami
Saksi bisu dari setiap momen berharga kami
 
 
Fadhilla Rizki. Saya lahir di Jakarta pada tanggal 16 Juli 1998. Saya bergolongan darah o. Ayah saya bernama Zainal Bahri dan Ibu saya bernama Neli. Saya adalah anak kedua dari empat bersaudara. Saya tinggal di Jalan Tampomas no:35 kel. Muara Dua, kota Prabumulih. Tahun 2016 ini, saya berumur 18 tahun. Saat ini saya sedang disibukkan dengan berbagai macam kegiatan mahasiswa baru Universitas Sriwijaya. Saya adalah mahasiswi angkatan keempat  jurusan psikologi di Universitas Sriwijaya. Cita-cita saya adalah menjadi psikolog, penulis dan pengusaha. Hobi saya adalah membaca buku, mendengarkan lagu dan menulis cerpen
 

Terkini